Secara fitrah manusia cenderung memiliki rasa suka terhadap segala sesuatu yang tampak indah, menarik, dan menawan hatinya. Seorang ulama tafsir Imam Al Razi menyebut dalam tafsirnya "Tafsir  Al Kabir" bahwa ada dua tipe rasa Cinta dan suka manusia terhadap sesuatu.
Pertama, ada kalanya manusia menyukai sesuatu, tetapi dibalik kesukaannya dia merasakan keprihatinan, sedih terhadap kecintaannya. Dengan kata lain, cinta yang disertai dengan rasa keprihatinan, kepedihan diam-diam. Sebagai contoh, ketika seorang suami tergoda untuk mencintai wanita lain, dibelakang wanita shalihah yang menjadi istrinya, yang menjadi ibu bagi anak-anaknya, menemani dikala susah sampai mencapai kesuksesan. Dia menyadari betul hal tersebut, dalam hati kecilnya terjadi dilema namun karena hasrat --mungkin godaan/nafsu-- atau sudah terlanjur sayang, akhirnya dia tidak kuasa untuk melepasnya.
Contoh lain seseorang menyadari bahwa merokok mengganggu kesehatan, tetapi dia tetap merokok. Dalam hati kecilnya dia sebenarnya lebih senang bila tidak merokok, namun karena adanya kecanduan membuat dia tidak bisa lepas dari merokok.
Kecintaan ini seperti halnya seorang mukmin yang masih menyukai perbuatan perbuatan terlarang menurut syara' meskipun dalam hati kecilnya karena iman ada keinginan melepaskan diri dari keinginan tersebut.
Tipe kedua adalah orang yang menyukai sesuatu dan dia bangga dengan kesukaannya. Kecintaan jenis ini dinamakan al hubbul muzayyan, cinta yang sudah dihiasi dengan rasa kebanggaan, cinta yang sudah terornamentasi dengan kebahagiaan. Misalnya, seorang istri yang mencintai suaminya, seorang laki-laki yang menjadi dambaan hatinya, lama menjomblo  menunggu jodoh dan akhirnya datang apalagi dengan kriteria keshalihan yang diharapkannya, tentunya tak segan-segan dia akan menunjukkan kecintaannya kepada orang lain baik itu dengan romantisme maupun juga perhatian.  Begitu juga suami istri yang sedang mempunyai anak (bayi) biasanya ingin menunjukkan kecintaan dan kebanggaannya kepada orang lain. Tidak ada orang tua yang menyembunyikan kecintaannya kepada anak. la akan menampakkan kecintaannya itu dengan berbagai ekspresi kesenangan, misalnya menciumi, menimang-nimang, menggendong dengan rasa gemas dan sayang.
Sungguh luar biasa ketika Cinta tipe kedua ini ada dalam penghambaan kita kepada Allah Azza wa Jalla, ketika seorang hamba taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya kemudian dia merasakan kebahagiaan, ketentraman, kelezatan tak terkira.
Sebagaimana kalam hikmah Syeikh Ibn Atha'illah dalam Al-Hikam "Siapa yang merasakan buah amalnya di dunia maka itu bukti bahwa amalnya diterima di akhirat."
Adapun yang dimaksud dengan "buah amalnya di dunia" adalah kenikmatan dalam beramal. Jika seseorang sudah beramal dengan baik kemudian ia merasakan kenikmatan (bukan merasakan lelah atau tertekan) maka bisa jadi itu pertanda bahwa amalnya di terima di sisi Alllah.
MRZ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H