Mohon tunggu...
Moh Sholihul Anshori
Moh Sholihul Anshori Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selalu bersyukur dan jangan lupa bahagia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Relevansi Pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan Konsep Merdeka Belajar

25 September 2024   22:24 Diperbarui: 25 September 2024   22:27 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini, tidak dapat dilepaskan dari peran sentral tokoh sebagai aktor utama, salah satunya adalah Ki Hajar Dewantara. Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki. Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889. Dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, sudah banyak pemikiran beliau tentang pendidikan yang diterapkan hingga sekarang. Ki. Hajar Dewantara berpandangan bahwa mendidik adalah proses memanusiakan manusia, dalam arti mengangkat manusia ke taraf insani. Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara seorang pendidik harus mampu memerdekakan manusia (siswa) dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik) secara mandiri. Jangan sampai pendidik menganggap siswa sebagai objek yang bisa diatur sesukanya.

Dalam pemikiranya Ki Hadjar Dewantara memberikan beberapa pedoman dalam diri seorang pendidik agar mampu memerdekakan manusia, kemudian lebih dikenal dengan semboyan Trilogi Pendidikan. Ing ngarsa sung tulada, artinya ketika guru berada di depan, guru tersebut harus mampu memberi teladan atau contoh tindakan yang baik. Ing madya mangun karsa saat guru ada di (tengah) antara peserta didik, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Tut wuri handayani, dan jika ada di belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.

Konsep merdeka belajar atau lebih dikenal dengan kurikulum merdeka, merupakan hasil evaluasi dari kurikulum 2013. Adapun tiga rumusan yang ada dalam kurikulum merdeka sebagai berikut: 

1) memastikan dan mendukung pengembangan kompetensi dan karakter peserta didik, kurikulum merdeka dirancang sebagai kurikulum yang dapat memastikan dan mendukung peningkatan kompetensi, sifat, watak, dan karakter peserta didik yang otentik.

2) fleksibel, memberikan kebebasan kepada pendidik untuk mengadaptasi, mengevaluasi kekayaan materi pelajaran, serta menyesuaikan kurikulum dengan karakteristik peserta didik, serta kebudayaan lokal setempat.

3) berfokus pada muatan esensial, kurikulum harus dirancang dengan lebih sederhana, berorientasi pada peserta didik dan menempatkanya sebagai pusat pembelajaran (center of learning).

Keterkaitan pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konsep merdeka belajar, keduanya sama-sama menunjukan upaya agar pendidik dalam melihat peserta didik adalah sebagai individu yang merdeka dan otentik. Artinya setiap peserta didik memiliki kebebasan terhadap bakat dan minatnya (sifat dan karakternya sendiri). Pendidik diharapkan dapat mengembangkan dan fokus terhadap potensi masing-masing peserta didik tanpa mencoba merubah apa yang telah ada dalam diri peserta didik.

Daftar Pustaka:

Dinn W,. et al. (2024). kajian akademik kurikulum merdeka. Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun