Mohon tunggu...
Moh. Asrofi
Moh. Asrofi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Lahir di Blitar, 24 Mei 1996

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kedermawanan yang Bijak

19 Juni 2021   21:30 Diperbarui: 19 Juni 2021   21:47 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berdasarkan laporan tahunan Word Giving Index (WGI) edisi ke-10 Negara Indonesia masuk 10 daftar negara paling dermawan di Indonesia.
Pada laporan teresebut, Indonesia menempati 2 peringkat teratas dari 3 indikator yakni menyumbang pada orang asing atau tidak dikenal, menyumbang uang, dan kegiatan kerewalanan. Sehingga jika kita mengacu pada beberapa fakta diatas mayoritas masyarakat Indonesia mampu memelihara dan menumbuhkan hasrat alami untuk membantu orang lain serta saling berempati dengan tujuan membangun masyarakat yang lebih baik. Hal yang demikian ini perlu  kita apresiasi karena itu merupakan sebuah prestasi atas jiwa sosial yang tinggi.
Berkaca pada sisi lain, Gelandangan dan Pengemis (Gepeng) masih menjadi salah satu masalah sosial di negara Indonesia. Ada permasalahan yang menjadikan semakin meningkatnya gepeng di negara kita bukan hanya karena faktor ekonomi tetapi karena faktor mentalitas. Permasalahan yang muncul Pada faktor mentalitas inilah yang perlu diperhatikan dengan serius, mengingat ada sebagian orang yang mengemis dijadikan sebagai profesi.
Suatu Ketika saya sedang dalam perjalanan ke luar kota. Di tengah perjalanan saya berhenti sejenak di rumah makan dan bertepatan lokasi rumah makan tersebut berada di sisi pojok rambu-rambu lalu lintas. Saat menunggu makanan datang dari sisi agak jauh terlihat ada seorang pengemis dengan usia yang masih produktif, berbadan kekar dengan kondisi psikis yang menurut saya sehat-sehat saja sedang mengemis dengan menghampiri setiap mobil yang berhenti saat rambu merah. Selang tidak lama pengemis tersebut datang ketempat rumah makan yang satu lokasi dengan saya. Saat dia memesan makanan dan duduk mengantri saya hampiri dan terjadi perbincangan. Hasil dari perbincangan ternyata pengemis berasal dari luar daerah dan setiap hari ia mengemis di tempat tersebut mulai pukul 07.00 - 11.30 WIB. Laba bersih yang ia dapatkan perhari selama 4,5 jam rata-rata 100-150 ribu.
Dari realita diatas ternyata sangat penting bagi kita untuk selektif dan bijak dalam memberi terutama ketika memberi kepada pengemis, jangan sampai seorang pengemis bergantung dari sebuah pemberian karena pada hakikatnya ia masih mampu untuk mencari nafkah. Jika kedermawanan semakin meningkat bisa jadi akan meningkat pula profesi pengemis sehingga bijak dalam memberi akan menjadikan Kedermawanan yang bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun