Membangun bisnis sejak 2004 silam, sudah tentu membuat seorang Robert Liandro memiliki segudang pengalaman. Menurut beliau, mampu melihat peluang yang terbuka menjadi kunci sebagai seorang entrepreneur. 2004 lalu, Robert Liandro melihat kesempatan dalam membangun bisnis IT di Indonesia terutama di Batam, masih cukup terbuka lebar. Beliau menuturkan kala itu, dunia pemrograman belum dirambah oleh banyak orang.
Melihat kesempatan ini, beliau pun mendirikan Weefer Indonesia bersama dengan 2 orang rekannya. Sebuah perusahaan B2B (business to business) yang bergerak di bidang IT. Kota Batam pun menjadi pilihan peletakan batu pertama dari perusahaan ini. Kala itu, Robert Liandro dan koleganya melihat di Batam, investasi asing serta perusahaan yang mendukung pemrograman masih minim. Kesempatan yang tepat untuk membangun bisnis memang.
Pria yang juga memiliki hobi bersepeda ini juga menceritakan jatuh bangun dalam membangun bisnis, layaknya pengusaha yang lain. Bahkan tatkala seorang koleganya memilih keluar dari Weefer dengan alasannya akan melanjutkan studi di luar negeri.
"Saat kolega saya keluar, Weefer masih berjalan 3 bulan. Tentu hal ini sempat membuat kegoyahan di tubuh perusahaan. Meski begitu, tekad kita sedari awal udah kuat," ujarnya.
Saat itu ia tetap yakin dan percaya bahwa menjalani bisnis ibarat proses mengayuh sepeda. Kita akan terjatuh jika tidak terus mengayuhnya. Baginya, dalam bersepeda kita terkadang akan dihadapkan dengan jalan yang terjal dan berbatu. Maka, dalam hal ini dibutuhkan usaha keras untuk tetap mampu melalui tantangan tersebut.
"Pasti selalu ada ritma yang harus dijaga saat bersepeda dan menjalankan bisnis, sehingga kita mampu terus berjalan di tengah situasi apapun," ujar pria yang genap berusia 40 tahun pada 2021 ini.Â
Robert menambahkan bahwa dunia pemrograman memiliki peluang yang bagus kedepan karena terus bergerak seiring mengikuti perkembangan zaman.
Robert Liandro juga bercerita pengalaman beliau bahwa sebelum menjadi seorang entrepreneur ini, beliau juga sudah menggeluti dunia bisnis bahkan sejak masih aktif menjadi mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Di sela kegiatan perkuliahan, saat itu ia menyambi bisnis jasa kursus komputer, hingga akhirnya meninggalkan bisnis tersebut, karena harus kembali ke Batam setelah menyelesaikan pendidikannya.Â
Awal mula membangun bisnis Robert mengatakan, banyak hal yang terkadang berjalan serba susah. Saat itu mereka belum memiliki arah yang begitu jelas untuk membawa perusahaan ini sejauh mana. Ibarat kata, baginya tahap-tahap ini adalah proses awal berupa trial and error ketika kita membangun bisnis untuk pertama kalinya.
"Awalnya pasti kita serba susah, karena kita belum memiliki direction (arah) yang benar-benar jelas. Saat itu kita hampir melakukan (memprogram) bermacam-macam software mulai dari custom inventory, website, CRM custom dan lain-lain. Tentunya di awal-awal kita keteteran," jelasnya.
Namun Robert tidak mau menyerah begitu saja. Robert percaya bahwa hal yang dikerjakan dengan serius akan membuahkan hasil. Hal ini yang membuat bisnis Robert bertahan hingga sekarang, dan bahkan beberapa tahun belakangan berkembang makin pesat. Diawali dengan peluncuran software HRISÂ (Human Resource Information System) pada tahun 2006 bernama Haermes. Software ini berfungsi membantu proses penggajian dan memudahkan pola kerja HR.