Setiap pemimpin di manapun pasti menghadapi fitnah dalam berbagai bentuk, cara, dan tingkatan. Dalam demokrasi, baik di Amerika, India ataupun Jepang khusus di Negara-negara lain yang menganut system-sistem demokrasi tidak akan lepas dari tuduhan-tuduhan najis dan mutanajjis yang menjadi bahan makanan se-hari-hari dalam dunia per-politik-an. Setiap pemimpin harus cerdas dalam bersikap, guna untuk bisa membedakan mana fitnah dan kebohongan yang harus dibiarkan, dan mana kritikan dan saran yang harus diberitanggapan.
’’Kritikan adalah laksana obat, ketika obat itu benar, sesuai jenis penyakit, dan dosisnya tepat, itu bikin sehat. Tetapi kalau obat keliru, dosis tak tepat,malah menambah penyakit’’. Begitulahujar SBY padasuatukesempatan.
Dalam berbagai kesempatan, Presiden, selain memberikan arahan dan instruksi, juga selalu membuka diri bagi kritik yang sifatnya membangun sebagai ekstrum indonesia yang akan datang, masukan yang positif dan koreksi yang memberikan nilai optimism sangat diperlukan oleh Presiden SBY karena SBY beranggapan kritik, masukan dan koreksi identik obat yang apabila sesuai dosis akan dapat menyihatkan. Begitu juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akan selalu dibenturkan pada banyak problem dan tantangan yang melintang. Bila dalam situasi dan kondisi seperti ini, maka perlu adanya suatu proses pencerahan yang diantaranya melalui kritik, masukan dan saran. Tetapi kritik bukan sekedar kritik, masukan bukan sekedar masukan dan saran bukan sekedar saran, tetapi harus mempunyai bukti-bukti yang kuat dan alasan yang akurat yang secara prinsip relevan dengan fenomena dilapangan. Bukan kritik yang hanya mengungkap kejelekan tampa didasarkan pada fakta atau bukan kritik yang sifatnya ingin saling menjatuhkan. Karena secara prinsip, dalam demokrasi ada aturan dan mekanismenya masing-masing yang harus ditaati bersama.
Kritik lewat berbagai media
Hampir tak dapat terhitung jumlahnya berbagai bentuk kritik dan hujatan yang dilontarkan terhadap SBY. Apalagi SBY memang sengaja menyediakan layanan khusus untuk memberi masukan, kritik, arahan, protes, saran dan keluhan masyarakat melalui pesan singkat maupun kontak khusus. Selain melalui media yang disediakan namun sebagian masyarakat ada yang menuangkan kritikannya melalui beragam cara. Diantaranya ada yang melalui media cetak, ada yang lewat media elektronik, ada yang melalui media social dan ada pula yang diejawantahkan melalui demonstran di depan publik.
Kalau kita mengingat realitas historis pada masa Sayyidina Ali r.a tidak jauh beda dengan tipe kepemerintahan SBY di Indonesia, dimana saat menjabat sebagai pemimpin sama-sama memberikan ruang dan kebebasan sehingga masyarakat bisa leluasa menyampaikan segala bentuk kritikan dan keluhannya.
Sayyidina Ali & SBY
Dimana, saat Sayyidina Ali r.a berkumpul dalam suatu forum bersama para sahabat dan khalayak, beliau bilang, jika apa yang aku sampaikan berupa kebaikan, maka ambillah, Tetapi jika berupa hal keburukan, maka luruskanlah.. tak lama ada diantara mereka yang menjawab dengan berani dan tegas. Jika kamu menyamapikan hal keburukan, aku akan meluruskan nya bukan dengan lisan tetapi dengan pedang. Dengan bijak Ali mengatakan, terima kasih karna sudah ada yang peduli padaku. Ini merupakan sebuah cermin yang patut dijadikan pramiter bagi seorang pemimpin bahwa sebagai seorang pemimpin harus siap menerima kritikan dan saran. Harus rela menanggung protes dan arahan sebagai proyeksi kedepan.
Antara Kritik dan fitnah
Kritik yangberdasarkan bukti yang kuat danberdasarkan fakta itu layaknya obat yang dapat menyihatkan.Tetapi kritik yang tidak jelas dan tampa didasari dengan bukti dan fakta, ini bukan lagi dapat menyembuhkan penyakit, melainkan dapat menimbulkan berbagai penyakit baru. Kritik tampa bukti tiada bedanya dengan fitnah. Kebohongan fitnah yang disebar-luaskan akan mengakibatkan banyak korban. Orang tak bersalah akan di kecam salah yang akan berdampak tercemarnya nama baik dan reputasi. Fitnah bisa menjadi racun yang mematikan seseorang. Karena itu, fitnah dalam islamhal dilarang.Seperti firman Allah dalam Al-qur’an; Al fitnatu asyaddu minal qotli.
“ Fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan”.
Sangat jelas, antara kritik dan fitnah sangat jauh berbeda. Ketika SBY menganggap kritik sebagai keniscayaan di alam demokrasi, maka yang dimaksudkannya adalah input yang disertai dengan solusi, bukan sekedar caca-maki. Fitnah adalah kebohongan yang disebarkan yang akan mendatangkan banyak bahaya dan malapetaka. Maka dengan demikian, jangan jadikan negeri dan Tanah Air ini sebagai tanah dan lautan fitnah. Karena, fitnah itu tidak akan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H