Mohon tunggu...
Muhammad Azmi
Muhammad Azmi Mohon Tunggu... -

forestry engineering at institut of technology Bandung. | Sederhana tapi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Papan Tulis Kapur Maskot Universitas Terbaik di Dunia

8 April 2014   08:29 Diperbarui: 4 April 2017   17:29 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="612" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption] Masih akrabkah dengan papan tulis kapur? Mungkin dari beberapa kalangan terakhir menggunakan papan tulis kapur yaitu pada saat duduk di Sekolah Dasar. Di tengah kemajuan teknologi pada saat ini tentu papan tulis kapur telah hampir punah untuk digunakan dalam proses belajar mengajar di berbagai institusi pendidikan. Karena pada saat ini telah hadir digital board yaitu sebuah teknologi digital layar sentuh yang hanya menggunakan sidik jari kita. Lalu apakah benar papan tulis kapur punah? Dan tidak ada lagi yang menggunakan? Papan tulis yang berwarna hitam atau hijau tua itu menggunakan kapur sebagai alat untuk menulis. Kapur dibuat dari senyawa CaCO3. Banyak kalangan yang menilai bahwa serbuk kapur dapat berbahaya untuk pernapasan terutama bagi para penderita asma. Pendapat tersebut ternyata sangat salah, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh berbagai ahli, bahwa serbuk kapur yang dihasilkan tersebut sama sekali tidak berbahaya untuk pernapasan, karena bulir serbuk kapur tersebut berukuran cukup besar dan masih sangat mampu disaring oleh bulu hidung kita. Sebuah fenomena yang mungkin sangat mengejutkan beberapa kalangan. Ternyata papan tulis kapur justru telah akrab digunakan oleh institusi perguruan tinggi di Indonesia maupun di dunia dari sejak dahulu dan tidak mengalami pergantian meski kini era teknologi telah berkembang pesat. Di Indonesia, sebuah institut teknologi paling tua, dan mungkin paling prestisius di indonesia, yaitu Institut Teknologi Bandung masih menggunakan papan tulis kapur. Bahkan Massachusetts Institut of  Technology (MIT) sebuah institut teknologi terbaik di dunia yang telah melahirkan berbagai ilmuwan besar peraih Nobel ternyata juga masih menggunakan papan tulis kapur. Hardvard, Oxford, Cambridge, Osaka, Erasmus Mundus, Hamburg, merupakan beberapa contoh kecil universitas yang masih menggunakan papan tulis kapur. Lalu apakah alasan papan tulis kapur masih menjadi pilihan universitas besar tersebut? Padahal kualitas universitas tersebut sangat luar biasa, mengapa tidak menggunakan digital board? White board merupakan papan tulis yang menggunakan alat tulis spidol merupakan salah satu alternatif yang menggantikan papan tulis kapur. Memang dengan spidol tidak berdebu, dan terlihat lebih modern. Tapi ternyata spidol memiliki bahaya yang sangat mengancam bagi penggunanya. Aroma spidol yang tajam ternyata tidak baik jika terlalu banyak terhirup ke saluran pernapasan. Selain itu, white board apabila terlalu sering digunakan akan meninggalkan bekas tulisan sebelumnya dan sulit untuk dihapus sempurna pasti akan meninggalkan sisa.  Tentunya hal ini akan menghambat penglihatan para murid yang diajar. Selanjutnya adalah digital board, dari segi teknologi tentunya sangat mengesankan apabila sebuah institusi pendidikan menggunakan digital board sebagai media untuk menyampaikan informasi ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Ada beberapa alasan para institusi perguruan tinggi terbaik di dunia enggan untuk berpaling menggunakan teknologi tersebut, yaitu di balik kecanggihannya ternyata tersimpan sebuah bahaya tersendiri. Sinar digital yang dipancarkan oleh digital board ternyata dapat menimbulkan efek negatif bagi penglihatan para murid. Dan bila digunakan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan cacat mata seperti cacat mata miopi. Penggunaan papan tulis kapur menjadi pilihan karena selain harganya yang ekonomis ternyata memiliki nilai dan dampak positif tersendiri bagi sebuah institusi pendidikan. Warna papan tulis kapur yang berwarna hitam dan hijau tua ternyata sangat baik untuk penglihatan. Setiap warna dapat memancarkan gelombang, warna hitam dan hijau tua memiliki tingkat pancaran gelombang yang rendah sehingga mampu meningkatkan konsentrasi. Nama besar sebuah institusi pendidikan tidak dapat dinilai dari kualitas fasilitas yang dimilikinya. Menurut ungkapan dari kalangan orang Jepang Papan tulis kapur memiliki esensi bahwa "kapur yang tertulis dipapan akan mudah sekali terhapus oleh penghapus bahkan menggunakan tangan sekalipun, itu mengartikan bahwa dalam pendidikan tingkat arogansi terhadap ilmu yang dimiliki sangatlah tidak perlu dibanggakan dan harus dihapus sampai tidak meninggalkan bekas sedikitpun". Sebuah institusi pendidikan telah dapat dinilai berkualitas apabila muridnya tidak ada yang contek menyontek, tidak lagi mementingkan nilai, belajar untuk tujuan memperoleh kepahaman dan kebisaan (tidak saja mengerti tetapi dapat mengerjakan dengan masalah yang berbeda), tidak ada budaya copy paste, mengembangkan diskusi yang didasari rasa ingin tahu dan ingin mendapatkan pemahaman, menghargai karya/pendapat/ide orang lain, dan selalu berpikir ilmiah. Hal itulah yang lebih penting daripada mengutamakan fasilitas namun minim kualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun