Malam ini saya menghabiskan waktu libur pergi ke mall di Jakarta Pusat. Ya, lagi-lagi mall dengan batas-batas dinding beton yang berat. Apalagi pada saat saya pulang melewati Jl. Dr. Satrio menuju Pondok Kopi, saya bertemu dengan bangunan baru yaitu Kuningan City dan Kota Casablanca setelah ITC dan mall Ambassador. Lelah juga melihatnya, tapi mau bagaimana lagi. Sebagai orang yang tinggal di daerah kota besar kita memang hanya disuguhi itu untuk menghabiskan waktu libur selain beristirahat di rumah. Kecuali memang kita berniat untuk melipir ke pinggiran Jabodetabek, dengan tujuan menghindari kejenuhan kota. Tapi, sepertinya pilihan itu juga sama saja saat kita sampai di pintu toll, bertemu dengan macet. Akhirnya membuat kita berpikir lagi "lebih baik tetap di kota sajalah, kalau ke luar juga sama saja".
Itu mungkin pikiran saya bersama "mungkin" dengan sebagian Anda yang membaca. Semuanya itu menimbulkan mimpi-mimpi bagaimana saya bisa nyaman di kota dengan penduduk yang padat dan segala kepentingan didalamnya. Saya sangat memimpikan sekali di Jabodetabek ini memiliki tempat hiburan yang bukan beton tertutup dan pendingin ruangan didalamnya, tapi sebuah area yang dapat membuat kita relax dengan pemandangan hijau, pendingin alami dari oksigen-oksigen yang dihasilkan tumbuhan rindang. Yaa, saya memimpikan bagaimana kalau pemerintah "menggunting" proposal-proposal pembangunan mall-mall berdinding kaku yang datang ke meja-meja mereka, tapi selain itu mereka bisa menantang kreatifitas arsitek-arsitek ataupun jiwa-jiwa muda lainnya untuk mengikuti tender pembuatan perpustakan kota, taman kota atau area-area kreatif lainnya dengan bertema "Eco-Green" misalnya. Kita bisa menikmatinya, kita bisa lebih menghargainya (mungkin) dan kita bisa sangat bersyukur kita punya pengalaman baru menghabiskan waktu senggang setelah jenuh bekerja. Waktunya para pembuat keputusan melihat lebih luas lagi tentang kebutuhan jasmani dan rohani penduduknya, jangan cuma minta dipilih tanpa memberikan balasan yang pantas melainkan menjerumuskan pada kepuasan sesaat. Teralu banyak pemuda-pemuda kreatif yang sangat ingin membuat perubahan di setiap aspek kehidupan tetapi hanya berakhir di mimpi dan bangun dengan manyun. Jangan jadikan mereka menjadi sarjana-sarjana nyinyir, tapi berikanlah mereka kesempatan (tentu dalam arti yang luas) untuk berlaga. Semestinya kita bisa menjadi kota kreatif dan bukan kota konsumtif. Jiwa muda bisa lebih aktif tanpa harus dikebiri dengan nafsu keserakahan fiktif -orang-orang yang merasa hidup sendiri dengan golongannya saja-.  Siapkan niat yang kuat saya rasa untuk bisa menangkap mimpi kita menjadi satu hal yang visible.
Semoga ada yang membaca curhatan saya ini dan punya kekuatan untuk bisa menyampaikan kepada orang yang pantas menerimanya. Semoga kita bisa membangun kota yang dapat lebih "berguna". Aamiiiinnnn
Salam perubahan!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H