Mohon tunggu...
Moe Syafriansyah
Moe Syafriansyah Mohon Tunggu... -

kutangusang.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Akulah Pewaris Cerita

21 Februari 2011   11:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:24 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pantas. Karena itu kami pergi. Dari sekian juta bahkan milyaran aksara yang dapat tersusun, hanya “pantas” yang pantas. Berkali kami merasa sampai seperti jasad raga kami. Bergerak tak lagi merasa. Kalau saja hati kami jalang, kami akan melacur melepas suci. Mendoktrin hati bermesum ria. Bersenang melecehkan kaum-kaum peradaban dari sebagian hominid.

Sayang hati ini sudah berkongsi dengan manah dari raga seorang dara. Membuat kami tak dapat lari sebagai ksatria tangguh yang tak takut mati. Menjadi pengecut yang berharap kembali karna tak kuasa kabur dari sebuah pelarian adalah pilihan. Menjijikan.

Namun itulah hati para pendusta. Mencoba berdiri dari keraguan. Hanya terus berharap dan berdiskusi dengan kosong. Menderita, melankoli yang “pantas”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun