“Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya”
PEPATAH MENGATAKAN: “Harimau mati meninggalkan belangnya, gajah mati meninggalkan gadingnya.” Dengan kata lain, kalau kita meninggal ada kenangan yang kita tinggalkan pada sesama, apakah itu keluarga atau generasi berikutnya. Apa yang ditinggalkan manusia, jika ia telah pergi untuk selamanya? Manusia meninggalkan nama baiknya (Ams. 22:1),
manusia meninggalkan teladan untuk menjadi pola dan panduan hidup bagi orang lain. Tokoh yang menjadi teladan kita adalah Yesus Kristus, manusia tanpa dosa yang pernah hidup di dunia ini selama tiga puluh tiga setengah tahun. Bukan saja selama hidup la memberi teladan, tetapi dalam hal matipun, la memberi teladan untuk kita mengikuti jejak-Nya (I Ptr. 2:21). Simak tiga teladan kehidupan yang Yesus tinggalkan saat proses sengsara sampai la mati di kayu salib.
Teladan Pengampunan. Yudas salah seorang murid yang telah mengkhianati dan menjual Yesus ke tangan musuh-musuh-Nya, saat menjumpai-Nya di taman Getsemani, saat-saat terakhir sebelum Ia ditangkap dan disalibkan. Walaupun Yudas seperti itu, tetapi Yesus tidak menghardik, tidak mencaci maki, tidak mengancam dan tidak mengutuki Yudas, melainkan menyapanya dengan kata “sahabat” (Mat. 26:50). la tidak saja mengajar, bahwa kita harus mengampuni musuh kita (Mat. 18:21-35), bahkan berlaku baik bagi mereka (Luk. 6:27-28, 35-36), tetapi la sendiri sampai saat matipun memberi teladan pengampunan. Kepada orang-orang yang menyalib-Nya, Ia menyalurkan pengampunan melalui doa-Nya (Luk. 23:34).
Teladan Kerendahan Hati. Rasul Paulus mengungkapkan, bahwa Yesus yang adalah Allah tidak menganggap keallahan-Nya sebagai milik yang perlu dipertahankan, tetapi Ia telah mengosongkan diri-Nya sendiri, mengambil rupa seorang hamba, merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib (Flp. 2:6-8). Untuk menjadi manusia dan mati di kayu salib adalah teladan kerendahan yang tiada taranya, karena Tuhan Yesus rela menanggalkan semua kemuliaan Allah (Yoh. 17:5); pujian dan penyembahan para malaikat, karena Ia dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30); kemuliaan dan kemegahan seorang raja (Yes. 9:5; Mat. 2:2) dan kemegahan serta kesempurnaan-Nya sebagai Allah (Yoh. 10:30).
Teladan Kemurahan Hati. Dalam hal mati-Nya, Yesus tidak saja menyerahkan segala kemuliaan-Nya, tetapi kekayaan yang la miliki (II Kor. 8:9). la lahir dalam kemiskinan (Luk. 2:6-7), dibesarkan dalam kemiskinan (Mat. 2:23), sepanjang umur hidup-Nya kemiskinanlah yang mewarnai-Nya. Ia lebih miskin dari burung di udara dan serigala di hutan (Mat. 8:20). La menumpang di berbagai rumah yang bukan milik-Nya. Ia menyeberang di danau Galilea dengan perahu yang bukan milik-Nya. Ia memasuki Yerusalem menunggangi keledai yang bukan milik-Nya. Ia makan perjamuan terakhir di loteng atas yang bukan milik-Nya. Kuburan, tempat la di kubur, bukan milik-Nya. Ia memberi semua, karena la murah hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H