Penipuan bermoduskan obroral seks tengah merebak di Eropa. Dari Belanda hingga Amerika Serikat. Dan bukan hal yang tak mungkin. Penipuan modus serupa bisa masuk Indonesia. Kapan saja.
Modus yang digunakan para penipu di Eropa adalah dengan cara mengajak korbannya mengobrol. Selama mungkin. Melalui situs web khusus dewasa. Mereka akan menggunakan foto profil perempuan yang menggiurkan. Yang posenya aduhai.
Targetnya adalah para lelaki yang berusia 50 keatas. Target korban seperti itu lebih mudah untuk ditipu. Karena, biasanya. Jika target korban adalah lelaki yang lebih muda. Mereka cenderung menuntut untuk bertemu langsung. Dengan lawan bicara.Â
Namun untuk korban usia 50 ke atas. Mengobrol sudah cukup. Dan jarang mengajak 'kopi darat'. Kalaupun ada permintaan 'kopi darat', para pelaku punya trik ada cara tersendiri untuk menghindar. Cara yang sudah dipelajari dan dilatih secara terus menerus.
Para 'perempuan' yang disuruh mengajak para korban mengobrol bukan  orang Eropa. Mereka kebanyakan orang Suriname hingga Nigeri. Mereka direkrut melalui agen-agen.
Para agen mengiklankan lowongan kerja secara daring. Lewat media sosial. Mengincar para kaula muda. Yang berpendidikan. Yang pengangguran. Yang butuh pekerjaan.
Dalihnya pekerjaan legal. Bisa kerja dari rumah. Bisa dapat banyak uang. Pekerjaanya hanya 'peran online'. 'Pemasaran digital'. Hingga  'moderator chat'. Tanpa ada embel-embel konten dewasa. Sama sekali.
Setelah mendapatkan calon pekerja. Ada staff khusus pelatihan. Para staff akan melatih para pekerja. Tentang segala khal. Mulai dari sosial, budaya, kebiasaan hingga bahasa. Karena itu akan jadi senjata utama.
Karena para pekerja harus fasih berbahasa Inggris. Secara tulisan maupun percakapan. Kalaupun kurang fasih. Akan dilatih. Sampai fasih.
Mengutip BBC Indonesia, para penipu ini terorganisir. Mereka  bahkan memiliki perusahaan. LMS namanya. Didirikan oleh salah seorang pria asal Suriname. Untuk memikat pekerja, agen memposting foto dirinya dengan pakaian dan perhiasan glamor. Saat berlibur di tempat eksotis.
Dengan cara itu, siapa yang tak kepincut? Desakan ekonomi. Ditambah peluang mendapatkan uang dengan mudah. Dan banyak. Menjadi daya tarik tersendiri.
Setelah semua siap, waktunya bekerja. Para pekerja yang sudah terlatih mulai membuat status. Memajang foto profil palsu. Di situs web dewasa. Berselancar mencari korban. Mereka biasa berganti-ganti profil. Bisa punya puluhan akun palsu di situs web itu.
Mereka punya software khusus. Untuk memalsukan lokasi. Ketika mendapatkan korban, mereka bisa memposisikan jarak hanya beberapa kilo meter. Dari para korbannya. Seolah begitu dekat. Seperti tetangga sebelah rumah. Padahal mereka berada jauh. Di seberang benua. Benua Afrika.
Mereka akan mencoba mengajak korbannya mengobrol. Selama mungkin. Untuk menguras uang korban. Situs web dewasa yang mereka gunakan memang gratis. Tidak ada pungutan biaya. Untuk setiap pendaftaran. Tapi untuk bisa mengobrol dengan 'perempuan' palsu ini. Para korban harus merogoh kocek. Â
Mereka harus membayar Rp90 ribu hingga Rp4,5 juta. Untuk jasa ngobrol seks. Melihat video erotis. Atau sekadar untuk mendapatkan sebuah foto. Semua jasa berbayar
Sejumlah korban yang sempat diwawancarai mengaku sudah menghabiskan banyak uang. Ada yang sudah keluarkan US$64,99 atau setara Rp1 jutaan. Ada juga yang sudah habis US$300 atau sekitar Rp4,5 juta. "Saya sudah chat puluhan perempuan. Dan mereka selalu menunda. Ketika diajak ketemu," keluh seorang pria dikutip dari BBC Indonesia. (moerni)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H