Dengan cara itu, siapa yang tak kepincut? Desakan ekonomi. Ditambah peluang mendapatkan uang dengan mudah. Dan banyak. Menjadi daya tarik tersendiri.
Setelah semua siap, waktunya bekerja. Para pekerja yang sudah terlatih mulai membuat status. Memajang foto profil palsu. Di situs web dewasa. Berselancar mencari korban. Mereka biasa berganti-ganti profil. Bisa punya puluhan akun palsu di situs web itu.
Mereka punya software khusus. Untuk memalsukan lokasi. Ketika mendapatkan korban, mereka bisa memposisikan jarak hanya beberapa kilo meter. Dari para korbannya. Seolah begitu dekat. Seperti tetangga sebelah rumah. Padahal mereka berada jauh. Di seberang benua. Benua Afrika.
Mereka akan mencoba mengajak korbannya mengobrol. Selama mungkin. Untuk menguras uang korban. Situs web dewasa yang mereka gunakan memang gratis. Tidak ada pungutan biaya. Untuk setiap pendaftaran. Tapi untuk bisa mengobrol dengan 'perempuan' palsu ini. Para korban harus merogoh kocek. Â
Mereka harus membayar Rp90 ribu hingga Rp4,5 juta. Untuk jasa ngobrol seks. Melihat video erotis. Atau sekadar untuk mendapatkan sebuah foto. Semua jasa berbayar
Sejumlah korban yang sempat diwawancarai mengaku sudah menghabiskan banyak uang. Ada yang sudah keluarkan US$64,99 atau setara Rp1 jutaan. Ada juga yang sudah habis US$300 atau sekitar Rp4,5 juta. "Saya sudah chat puluhan perempuan. Dan mereka selalu menunda. Ketika diajak ketemu," keluh seorang pria dikutip dari BBC Indonesia. (moerni)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H