Keputusan itu kini identik dengan Gorbachev. Perstroika dan glasnot menjadi warisan yang ditinggalkan alumni Universitas Negeri Moskwa. Seluruh dunia menaruh salut untuknya.
Namun siapa sangka, keputusan itu juga yang menjungkalkannya. Karena keputusan itu, ia dicemooh. Dan dianggap menjadi biang kejatuhan dan kehancuran Uni Soviet. Karena tak lama setelah kebijakan tersebut, Uni Sovietpun runtuh. Salah satu negara adidaya itu kini telah tiada.
Artikel Menarik Lainnya di http://moerni.id/
Dalam buku berjudul Gorbachev: His Life and Times, William Taubman menulis banyak hal. Termasuk penderitaan yang dialami Gorbachev yang dicap telah membut kekacauan sosialisme.
Kebijakannya memicu perlawanan besar-besaran dari kaum konservatif yang ada di Partai Komunis Soviet. Tekanan datang dari segala pihak. Hari-harinya diisi dengan caci maki, ancaman dan ketegangan luar biasa.
Tudingan sebagai agen penghancur Soviet membutnya stres. Mengalami tekanan batin. Terlebih saat gelombang kudeta datang menjelang. Salah satu otak di balik kudeta itu adalah Oleg Baklanov, yang meninggal pada Juli tahun lalu.
Kudeta itu menjadi titik balik kehidupan Gorbachev. Walaupun rakyat menentang upaya kudeta tersebut, namun ia sudah sempat diasingkan.
Kehidupannya berubah penuh drama. Penuh emosional. Setiap hari ditekan. Dipaksa untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Dari cita-citanya.
Makin emosional setelah yang memaksa mundur adalah para orang-orang dekatnya. Di antaranya adalah menteri senior. Sekaligus orang di balik rencana kudeta. Saking stressnya, Gorbachev mengancam untuk mengahiri semua-dengan cara sadis-bunuh diri.
Kini semua kisah itu berakhir. Gorbachev tutup usia. Tinggallah cita-cita. Menjadikan Soviet terrestrukturisasi dan terbuka-sebagaimana Glasnot dan Perestroika. (DW)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H