Mohon tunggu...
Moe Pakmoe
Moe Pakmoe Mohon Tunggu... Supir - Aspire to Inspire Before Expire

Pensiunan juru gambar. Sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Furin Kazan: Strategi Penaklukan Benteng Yamamoto Kansuke

11 November 2019   21:15 Diperbarui: 11 November 2019   21:17 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku ini adalah salah satu dari sedikit novel terjemahan tentang kehidupan samurai dan politik di Jepang selama jaman Sengoku Jidai (konflik antar penguasa feodal, c.1467 -- c.1603), yaitu periode antara merosotnya Bakufu Muromachi / Ashikaga dengan naiknya Bakufu Edo / Tokugawa.

Bakufu sendiri adalah pemerintahan militer yang mengambilalih kekuasaan dari lembaga Kekaisaran, dipimpin oleh seorang jenderal besar (generalissimo) bertitel Shogun.

Ada 3 Bakufu dalam sejarah feodal Jepang: Kamakura / Minamoto (alias Genji, 1185--1334), Muromachi / Ashikaga (1338-1573) dan Edo / Tokugawa (1600-1868).

Sebelum, di sela-sela dan sesudah pemerintahan Bakufu ini terdapat beberapa rezim non-Keshogunan. Sebelum Bakufu Kamakura ada rezim Taira / Heike (Kiyomori, 1160-1185), antara Bakufu Muromachi dengan Bakufu Edo ada rezim Azuchi-Momoyama (Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi & Toyotomi Hideyori, 1568-1600), dan sesudah Bakufu Edo bangkit kembali para pendukung Kekaisaran yang membentuk pemerintahan oligarki Meiji (1868-1912).

-----
Sesuai dengan judulnya yang mirip buku manajemen itu, tokoh utama dalam novel ini adalah Yamamoto Kansuke (1501-1561), seorang ronin (samurai tanpa majikan) yang hidup di periode Sengoku Jidai, persisnya di jaman transisi antara Era Muromachi (Keshogunan Ashikaga) dengan Era Azuchi-Momoyama (Oda-Toyotomi).

Dalam usianya yang mulai senja, Kansuke belum juga mendapatkan majikan baru. Kecerdasan dan kepandaiannya berbicara (jika perlu membual) memang membuat Imagawa Yoshimoto (Daimyo / Adipati Suruga, 1619-1560), merasa terkesan dan memberinya tunjangan hidup. Namun setelah10 tahun menanti Kansuke tak kunjung diangkat menjadi pengikut oleh klan Imagawa.

Dalam kekecewaannya, Kansuke melihat peluang untuk mengabdi ke penguasa provinsi tetangga, Takeda Shingen (1521-1573) di Kai. Dengan cerdik dan licik, dia memprovokasi seorang ronin lain untuk mencegat Itagaki Nobutaka, salah seorang jenderal senior Kai yang sedang melakukan kunjungan tak resmi ke Suruga, dan tampil gemilang sebagai penyelamat dengan membunuh ronin tersebut.

Jasanya berbuah manis, Kansuke ditawari pekerjaan di Kai dan berhasil pamit baik-baik ke penguasa Suruga dengan dalih akan menjadi mata-mata bagi mereka di Kai. Dengan demikian dia memperoleh gaji dobel dari kedua provinsi.

Boro-boro jadi mata-mata, Kansuke malah jatuh hati pada audisi pertamanya dengan Takeda Shingen, dan menjadi pengikut setianya mulai hari itu sampai kematiannya.

Shingen, sang pengkudeta ayah kandung yang terbiasa diremehkan sejak kecil, rupanya mampu melihat karakter dan potensi istimewa Kansuke di balik ketaksempurnaan fisiknya, demikian juga sebaliknya.

Karirnya di Kai pun meroket, karena analisa militernya yang cenderung melawan arus ternyata selalu tepat. Dan strateginya yang seringkali tak lazim selalu didengar oleh Shingen dalam rapat-rapat perang, dan ajaibnya selalu berhasil.

Sesungguhnya Kansuke memang lebih sering mengarang, ketika menjelaskan karakter suatu provinsi. Termasuk karakter penduduk, pemimpin, jenderal maupun benteng-bentengnya. Padahal dia tidak pernah pergi ke manapun selain provinsi asalnya sendiri di Owari dan Suruga. Wawasannya yang luas hanya diperoleh melalui banyak membaca, ditambah imajinasinya sendiri yang sangat kuat.

Sisi fiksi-drama novel ini ada pada kisah tentang ikatan batin yang aneh antara Kansuke dengan Shingen di satu pihak, dan mereka berdua dengan Putri Yuu, selir Shingen, di sisi yang lain. Relasi segitiga ini mewarnai separuh lebih isi novel, yang berakhir ketika Yuu mati dan Kansuke sendiri tewas dalam pertempuran melawan pasukan Uesugi Kenshin dari privinsi Echigo, musuh bebuyutan Kai.

Dalam pertempuran ini sang ahli strategi akhirnya salah perhitungan, dan melakukan serangan bunuh diri bersama 200 pengikutnya untuk menebus kesalahan dan melindungi posisi Shingen di pusat komando.

Catatan:
Fu Rin Ka Zan adalah 4 kaligrafi Cina yang terdapat pada bendera / umbul-umbul perang Kai di jaman Takeda Shingen, yang artinya: Angin, Hutan, Api dan Gunung. Simbol ini dipinjam dari pemikiran ahli strategi Cina, Sun Tzu, tentang karakter ideal sebuah pasukan perang sbb:

- Cepat seperti angin
- Sabar seperti hutan
- Ganas seperti api, dan
- Tak tergoyahkan seperti gunung.

Referensi:
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Sengoku_period
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Yamamoto_Kansuke_%28general%29
http://en.m.wikipedia.org/wiki/F%C5%ABrinkazan

TP | 2014

Novel Sejarah
Genre: fiksi sejarah, samurai
Penulis: Yasushi Inoue, 1953
Edisi Indonesia: Mahda Books, 2010
344 halaman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun