Moenir Konten - Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan bioetanol sebagai langkah strategis untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.
Dalam kondisi perekonomian global yang belum menentu akibat perang Rusia-Ukraina dan ancaman resesi, Indonesia memegang teguh komitmennya untuk beralih ke energi bersih berbasis energi baru dan terbarukan.
Pada Juli 2023, laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa Indonesia telah berhasil menurunkan emisi karbon dan gas rumah kaca sebesar 118 juta ton, mencapai 32,9 persen dari target penurunan emisi tahun ini.
BACA JUGA: KUR Tetap Jadi Andalan Pembiayaan Usaha Kecil di Tengah Tantangan Ekonomi Global
Capaian ini menegaskan keseriusan Indonesia dalam menghadapi tantangan krisis energi dan dampak perubahan iklim.
Sebagai bagian dari strategi pengembangan energi bersih, Kementerian ESDM berupaya menerapkan kebijakan mandatori biodiesel dan memperluas program campuran bioetanol pada bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin.
Direktur Bioenergi EBTKE Kementerian ESDM, Edi Wibowo, menyatakan bahwa pemerintah berharap agar kebijakan ini dapat diterapkan melalui Peraturan Presiden nomor 40 tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
BACA JUGA: Kini Hadir Lenovo IdeaPad Slim 3i (14", Gen 5) Membawa Inovasi Luar Biasa ke Dunia Laptop
"Kita harapkan gasoline wajib mencampur bioetanol dalam minyak bahan bakar bensinnya secara bertahap, dimulai dari lima persen, kemudian 10 persen, dan seterusnya.
Dan ini berlaku secara nasional," ujarnya dalam acara diskusi energi pada Rabu, 20 Desember 2023.
Edi menambahkan bahwa pengembangan bioetanol sebagai campuran pada BBM jenis bensin dapat mengurangi impor produk BBM sebesar lebih dari 60 persen.