Setiap menjelang lebaran, ibu selalu bertanya. "Kamu pulang kapan nak?,". Â Aku selalu gamang menjawabnya, "Insyaallah malam takbiran Bu, di usahakan,".Â
Pertanyaan kapan kamu pulang ini sangat penting. Sebab ibu pasti akan membuatkan ku Lepet dan Lontong opor. Jadwal kepulangan dan waktu pembuatan kedua menu itu harus pas. Karena proses pembuatannya penuh perjuangan dan harus dihidangkan tepat pada waktunya.
Namun, situasi pandemi membuat mudik tidak leluasa. Bahkan Pemerintah pun membuat aturan tegas baik untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun masyarakat umum. Intinya mudik dilarang.
Aku tak tega menjawab "Tidak bisa pulang". Dalam hati selalu berharap semoga ada peluang.Â
"Ibu bikin Lepet lho", dua hari sebelum hari raya pesan masuk dari handphone adik dengan kiriman gambar bakal lepet yang masih terbungkus janur segar. Tambah meleleh hatiku, "Nok, bilang sama ibu tidak usah bikin banyak-banyak lepetnya. di eman-eman awake. Mending buat istirahat. Mas belum pasti bisa pulang, soalnya banyak penyekatan," kataku.
Jarak kota ku dengan kota ibuku sebenarnya tak terlalu jauh. Dua jam perjalanan lewat jalur reguler dan kurang satu jam perjalanan melalui tol. Sebulan atau dua bulan pasti aku sempatkan pulang. Tapi Lebaran terasa berbeda. Ada rindu yang membuncah yang harus ditunaikan. Apalagi sudah dua orang dari keluarga inti yang sudah tiada, Bapak dan adik laki-laki ku. Terkadang, saking rindunya ibuku kerap keliru memanggil namaku dengan nama adikku.Â
Usia ibuku hampir 65 tahun, kesehatannya mulai berkurang. Meski demikian, setiap Lebaran Ibu selalu menyempatkan membuat Lepet. Panganan dari ketan yang dibungkus dengan daun kelapa muda (janur). Â
Membuat lepet tidak mudah. Pertama ketan harus dicuci dengan air bersih kemudian ditiriskan. Setelahnya ketan dicampur dengan parutan kelapa dan sedikit garam. Baru kemudian bahan-bahan itu siap dibungkus. Untuk membungkusnya saja butuh waktu sekitar 2 jam untuk ketan sebanyak 3 kilogram dengan tenaga dua orang.Â
Lepet beda dengan ketupat yang selongsongnya bisa dibeli lalu tinggal mengisinya. Selongsong Lepet dibuat seketika saat mengisinya. ketupat biasanya diisi dua pertiga dari volume selongsong. Sedangkan Lepet harus padat dan mengikatnya juga kuat-kuat dengan tali Tus (dari bambu).
Setelah dibungkus, kemudian direbus/tanak di atas tungku dengan bahan bakar kayu Selama 6 sampai 7 jam. Selama merebus Lepet, air tak boleh surut. Biasanya ibu menyediakan satu panci khusus yang berisi air mendidih untuk "ngejog" tempat merebus Lepet.Â