Mohon tunggu...
Muhibuddin Aifa
Muhibuddin Aifa Mohon Tunggu... Perawat - Wiraswasta

Jika Membaca dan Menulis adalah Cara yang paling mujarab dalam merawat Nalar, Maka Kuliah Adalah Pelengkapnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Habis Minyak Terbitlah Sengsara

24 Januari 2021   12:46 Diperbarui: 24 Januari 2021   13:08 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : republika.co.id

Kilang-kilang minyak itu, bertaburan di tanah rencong ini

Tapi sayang, pemiliknya bukan kami

Kami hanya pribumi yang awam dan lugu

Bermadikan peluh, sebagai kuli kasar yang rela kulitnya menjadi legam

Hanya untuk beberapa rupiah saja

Sementara tuan-tuan dari pulau seberang itu pemiliknya

Mereka berpenampilan parlente, gagah dengan dasinya

Dinginnya hawa ruangan, sebagai tempat tuan itu bekerja

Tak sebanding dengan kami, sebagai kuli yang terbakar mata hari


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun