"Bertukar pendapat dan membicarakan gagasan-gagasan yang bisa mendongkrak Personal Branding kita, itu jauh lebih bermakna dari hanya sekadar lalai dengan layar HP saat duduk bersama"Â
Dewasa ini terjadi pergeseran nilai dalam merajut kebersamaan, sebelum lahirnya HP pintar kebersamaan itu begitu nikmat rasanya, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tapi semenjak orang memiliki Smart Phone, kebersamaan saat minum kopi itu sudah mulai memudar, meskipun satu meja di sebuah warung kopi, tapi semua larut dalam dunianya masing-masing. Kalau ditangan sudah buka HP sudah pasti dimeja itu sudah meredup suasananya, kelakar maupun canda tawa hilang dengan sendirinya. Â Â
Mereka larut dalam berbagai aplikasi yang tersimpan dalam smart phone nya, ada yang asyik dengan game online, ada yang sedang Video Call, Facebookan, atau ada yang sekedar ngebrosing  bahan bacaan, dll. Sebenarnya tidak terlalu bermasalah, namun Budaya seperti ini juga tidak baik untuk dilakukan. Semestinya saat kita satu meja dalam jamuan menyeruput kopi bareng, kita harus menjauhkan HP dari tangan kita, bila perlu di offkan dulu. Atau paling tidak di kecilkan volume deringnya, sehingga kita masih bisa menerima panggilan penting dari orang lain.
Lebih parahnya lagi ketika para pemain game online ketemu dalam satu meja di warkop, telinga kita yang kebetulan berada didekat mereka, harus siap mendengarkan kata-kata yang tak sedap dan sumpah serapah sesama temannya yang lagi asyik main game online. Kegaduhan dimeja para pemain game online sangat mengganggu pengunjung warkop lainnya, yang lebih disayangkan lagi peristiwa itu dilakoni oleh kalangan pelajar,mereka lebih memilih hengkang dari mata pelajaran hanya untuk bermain game online.
Sudah saatnya kita berbenah agar budaya buruk ini hilang dari pandangan kita, walaupun ini agak sulit di lakukan tapi bukan berarti tidak bisa dikurangi sama sekali. Lalu apa jalan keluar yang sebaiknya kita lakukan untuk menekan budaya yang kurang baik ini.
BAGI PELAJAR
Kecanduan Game Oline dikalangan pelajar ini jadi musibah besar bagi kita, coba bayangkan apa yang bisa diharapkan dari generasi game online?. Apakah kita berharap mereka akan jadi peretas aplikasi game online?, Saya rasa itu bukan satu prestasi yang membanggangkan, menjadi peretasnya sama saja dengan memperbanyak virus game tersebut, walaupun disatu sisi mereka akan mendapatkan keuntungan dari hal tersebut.
Untuk mengurangi game online bagi usia pelajar, perlu adanya partisipasi mulai dari orang tua sebagai tempat ia belajar pertama kalinya, perhatian yang proposional akan membuat pikiran mereka teralihkan, sembari orang tua terus memberikan pemahaman terkait dampak negatif dari game tersebut. Orang tua juga dituntut untuk terus memperketat pengawasan terhadap anak-anaknya agar tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang baru yang berakibat buruk bagi anaknya.
Sekolah sebagai media yang paling efektif dalam merubah pola pikir dan tingkah laku anak didik, sudah sepatutnya melakukan pengawasan yang tinggi agar pelajarnya tidak dengan mudah keluar dari zona sekolah untuk bermain game di warkop dan tempat-tempat lainnya. Disamping itu pihak sekolah juga perlu melakukan terobosan yang dapat mengembangkan kreatifitas anak didiknya dengan berbagai perlombaan dan kegiatan yang mendidik dan mempunyai nilai positif tentunya. Â Â
BAGI MASYARAKAT UMUM
Kalangan masyarakat umum juga perlu sosialisasi yang bisa saja dilakukan oleh pihak terkait, agar mengurangi kebiasaan main game online. Kacanduan yang berlebihan seringkali menghabiskan energi dan waktu hanya untuk melampiaskan kesenangan pada permainan tersebut. Seharusnya waktu yang kita habiskan untuk permainan game, bisa kita lakukan untuk kegiatan-kegiatan lain yang lebih produktif. Begitupun halnya dengan kebiasaan bermain ponsel pintar saat duduk semeja dengan kawan, sahabat, kebiasaan seperti itu bukanlah etika yang baik dalam pergaulan, dan akan membuat suasana yang tidak menyenangkan.