Kutulis sajak ini
dari seorang pemegang pena
yang termenung di tepi sungai tohor
telaga hitam penanya
Menyaksikan pohon meranggas
paru paru perunggu bernapas tiada air
tanpa sirip melintas di dalamnya
bibir pucat kering
Diakah seorang penyair
Hidup dari menyerap napas puisi
cangkulnya berupa pena