Mohon tunggu...
Magister Moeda
Magister Moeda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya adalah orang yang selalu berusaha untuk berpikir dan melihat kedepan dengan bijaksana, jika pernyataan ini saya tidak saya lakukan maka itu bukan saya...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebijakan Seorang Guru tentang Kearifan

1 Januari 2012   05:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:30 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu padepokan di China,pernah hidup seorang guru yang sangat dihormatu karena kejujuran dan ketegasannya.

Suatu hari dua murid datang menghadap. Mereka bertengkar hebat dan nyaris beradu fisik. Keduanya berdebat tentang hitungan 3x7M murid pandai mengatakan hasilnya 21. Murid bodoh berkukuh mengatakan hasilnya 27.

Murid bodoh menantang murid pandai untuk meminta guru sebagai juri untuk mengetahui siapa yang benar di antara mereka. Si Bodoh pun mengatakan bila dirinya yang benar bahwa tiga kali tujuh sama dengan dua puluh tujuh maka lawannya harus mau dicambuk 10 kali oleh sang guru.

Sebaliknya bila sang lawan yang benar, (3x7=21) maka murid bodoh tadi bersedia untuk memenggal kepalanya. Si bodoh dengan lantang meminta sang guru mengatakan hasil.

Dengan tenang si Guru langsung memvonis 10 kali cambuk bagi murid pandai. Si Murid pandai pun protes. Sang Guru menegaskan bahwa hukuman tersebut bukan ganjaran untuk hasil hitungan melainkan untuk pembelajaran ketidakarifan seseorang yang ngotot berdebat dengan orang yang memang bodoh. "Lebih baik melihatmu dicambuk dan menjadi arif, daripada saya harus melihat satu nyawa terbuang sia-sia," kata sang guru.

*ternyata dalam cerita ini benar-benar mengajarkan diri saya untuk terus melatih menjadi orang yang tidak turut campur urusan orang lain yang tidak memiliki hubungan dengan saya. Tidak meributkan hal-hal remeh, dan membiarkan saja berlalu dengan arif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun