Mohon tunggu...
Magister Moeda
Magister Moeda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya adalah orang yang selalu berusaha untuk berpikir dan melihat kedepan dengan bijaksana, jika pernyataan ini saya tidak saya lakukan maka itu bukan saya...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Betapa Lucunya Pikiran Ini...

21 Oktober 2011   16:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:40 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin..
Ini baru pertama kalinya diriku harus memahami apa yang sebenarnya terjadi di dalam pikiranku sendiri. Berteman dengan saran-saran dan kritik-kritik yang berkembang dengan sendirinya dari dalam diri ini, bisa dibilang semua terangkum dalam bentuk memori kecil yang selalu menjadi pengingat dalam kondisi apapun.  aku sendiri selalu menjadi bingung dengan pikiran ini, kadang harus mengatakan "A", kadang pula harus mengatakan "B". tapi semua itu tidak menutup kemungkinan untuk lebih memahami apa sih sebenarnya di dalam pikiran yang lucu ini.

semua berawal dari hal sederhana..
lebih tepatnya pertanyaan sederhana,
pertanyaan yang tercipta dari pikiran lucu ini,
pertanyaan itu ialah "kenapa Aku ada ?"

Ketika pertanyaan itu muncul dengan sederhana dan lugu menyapaku, seakan-akan di dalam benak ini berputar-putar, hilang arah, buyar tidak karuan. Padahal hanya "tiga" kata yang dirangkai menjadi pertanyaan itu saja, tetapi luar biasa membuat nelangsa dalam usaha mencari jawaban dari memori-memori kecilku. Mau aku coba obrak-abrik semua data dan buka arsip ingatanku tapi tetap saja, pertanyaan itu tertawa melihat usaha kesia-siaanku.

"Ini menarik!", gumamku dalam hati.

Ya, sungguh menarik atas semua usaha kerasku dalam mencari jawabannya. Dan semua itu berakhir kepada pertanyaan baru yang semakin membuat jawaban ini semakin berliku untuk ditemukan. Akupun tidak menyerah begitu saja dengan cepatnya dengan pertanyaan seperti itu, malah semakin tertantang dan membuatku semakin penasaran dalam mencari jawaban yang  hakiki.

Aku sempat berpikir, pastinya para ulama dan tokoh agama pasti mengetahui apa jawaban yang menjadi pertanyaanku ini, itu jelas karena aku sadar bahwa pertanyaan ini memang menjebakku ke dalam intropeksi yang semakin dalam. Intropeksi yang selalu memaksaku untuk menjauhi hiruk-pikuk dunia dan menyelami ketenangan yang begitu dalam. Dan aku percaya dengan seperti itu, aku mampu berbicara dari dalam  hati dan berharap bisa berbicara pada Tuhan. Hal ini tidak sembarangan orang bisa melakukanya, tetapi membutuhkan persiapan yang siap dari dalam hatiku. Biasanya aktivitas ini aku sebut "Tundukan Kepalamu".

Dan betapa lucunya pikiran ini...

Ketika aku mencoba mencari jawaban pertanyan yang sederhana ini dengan "Tundukan Kepalamu", aku tertawa senang, karena bukan aku berhasil menjawab pertayaan tersebut dalam bentuk kalimat atau juga bukan karena aku semakin "gila" dengan ketiadaan jawabannya yang aku cari. Semua itu kembali pada pikiranku ini kembali lucu yang membuatku tertawa bahwa aku telah menemukan jawabannya dan itu lagi-lagi bukan dalam bentuk peryataan yang baku tetapi sekali lagi sebuah pertanyaan lucu, yang hampir membuka semua misteri pertanyaan sederhanku. Pertanyaan yang menjadi jawabannya ialah :

"Mengapa pertanyaan itu harus kutanyakan pada diriku?"

-Magister_Moeda-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun