Bandung, 19 Desember 2024 --Di tengah pusaran ekonomi global yang terus bergejolak, Indonesia menjalani tahun penuh dinamika. Layaknya riak gelombang yang mengempas pantai, penurunan daya beli dan peningkatan angka pengangguran menjadi tantangan besar. Perusahaan-perusahaan bergulat dengan tekanan keuangan, sebagian di antaranya terpaksa menyerah pada kenyataan pahit kebangkrutan. Namun, di balik kesulitan itu, riset muncul sebagai lentera harapan, menerangi jalan keluar dari ketidakpastian.
Di Telkom University, salah satu penelitian yang menyita perhatian adalah karya Prof. Dr. Farida Titik Kristanti, S.E., M.Si., seorang Guru Besar dalam Ilmu Manajemen Keuangan. Dengan judul yang mendalam, "Analisis Kebertahanan Hidup dengan Model Cox Proportional Hazard yang Diadaptasi dari Riset Klinis dan Epidemiologis serta Prediksi Financial Distress dengan Pembelajaran Mesin untuk Perusahaan di Indonesia", penelitian ini menjadi angin segar dalam dunia akademik dan ekonomi.
Sidang Senat Pengukuhan Guru Besar yang digelar di Gedung Damar Tel-U pada Kamis (19/12) menjadi saksi sejarah pencapaian Prof. Farida. Dalam momen yang penuh khidmat itu, beliau resmi dinobatkan sebagai Guru Besar keenam belas di Telkom University. Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Farida memaparkan gagasan yang menghubungkan dunia statistik dengan realitas ekonomi perusahaan.
Melalui modifikasi Model Cox Proportional Hazard (CPHM) yang awalnya digunakan dalam penelitian klinis, Prof. Farida memperkenalkan pendekatan inovatif yang mampu memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan berdasarkan berbagai variabel ekonomi, seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan tata kelola perusahaan. Lebih jauh lagi, penelitian ini memperkaya metode prediksi dengan mengintegrasikan teknologi pembelajaran mesin, menciptakan akurasi yang sebelumnya sulit dicapai.
"Financial distress bukanlah akhir, melainkan alarm peringatan dini," ujar Prof. Farida dalam orasinya. "Dengan analisis kebertahanan hidup menggunakan CPHM, kita dapat memahami peluang dan risiko yang dihadapi perusahaan. Penelitian ini bukan sekadar angka dan data, tetapi sebuah upaya untuk menyelamatkan ekosistem bisnis yang lebih luas."
Tak hanya berfokus pada keilmuan, Prof. Farida juga menyampaikan visi besar tentang kolaborasi. Beliau percaya bahwa sinergi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha dapat menjadi landasan kokoh untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam konteks ini, Telkom University tidak sekadar menjadi institusi pendidikan, tetapi juga katalis perubahan melalui edukasi, pengembangan aplikasi, dan penelitian.
"Sebagai bagian dari Telkom University, saya merasa terpanggil untuk berkontribusi pada visi Indonesia Emas 2045," ungkapnya dengan penuh semangat. "Melalui kerja keras dan kolaborasi, saya berharap penelitian ini dapat menjadi langkah kecil menuju ekonomi yang tangguh dan inklusif."
Di penghujung orasi, suasana haru menyelimuti ruangan. Dengan nada rendah hati, Prof. Farida menyampaikan rasa syukurnya kepada Tuhan dan semua pihak yang telah mendukung perjalanan panjangnya. "Ini bukan pencapaian saya seorang. Ini adalah hasil dari dukungan, kerja sama, dan kepercayaan yang diberikan kepada saya," katanya dengan mata berbinar.
Dalam perjalanan waktu, mungkin kita akan melihat bahwa penelitian seperti ini adalah fondasi kokoh bagi bangsa yang terus bergerak maju, tak gentar menghadapi badai, dan selalu optimis menatap cakrawala harapan. Prof. Farida, dengan semangatnya, menjadi simbol bahwa pendidikan dan riset adalah pilar utama yang menopang masa depan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H