Semua orang pastinya ingin hidup bahagia, salah satu cara menikmati hidup adalah dengan memenuhi semua kebutuhan, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder seperti bisa tinggal di rumah yang nyaman, makan makanan yang enak sampai membeli barang-barang yang diinginkan. Terkadang banyak level kebahagiaan seseorang diukur dari kehidupan dan barang-barang yang dimilikinya, bisa membeli barang-barang dengan merk tertentu yang harganya lumayan mahal ataupun barang-barang yang sedang trend seperti tas, sepatu, pakaian dan kendaraan dengan harga jutaan sampai ratusan juta yang nyatanya dapat menimbulkan rasa bahagia untuk seseorang.Â
Bahkan untuk menimbulkan rasa bahagia tersebut banyak orang membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan atau hanya dipakai sekali dua kali lalu ditinggalkan hanya untuk mengikuti gaya saat itu yang pada akhirnya banyak dari kita terjebak dalam lingkaran yang sama sepanjang kehidupan. Berita buruk adalah terkadang ada saat dimana kita masuk ke dalam situasi ketika kita merasa cemburu atau iri dengan orang-orang yang memiliki barang yang tidak bisa kita miliki dan timbul lah rasa rendah diri, cemas, minder, Â kecewa akan kehidupan dan merasa tidak bahagia dalam hidup.Â
Nyatanya apabila dilihat dari fungsi sebuah barang, sebagai contoh sebuah mobil keluaran terbaru bisa menempuh perjalanan Jakarta ke Bandung hanya dalam waktu 2 jam namun ternyata mobil dengan 10 tahun lebih tua pun bisa menempuh waktu yang sama. Harga sebuah jam bisa mencapai puluhan juta mungkin lebih tetapi tetap menunjukkan waktu yang sama dengan jam seharga puluhan atau ratusan ribu yaitu 24 jam dalam sehari, terkadang banyak orang membeli baju seharga jutaan namun baju dengan harga puluhan ribu pun banyak yang nyaman digunakan, begitu juga dengan tas dan sepatu harga yang murah dan mahal pun memiliki fungsi yang sama.
Coba kita renungkan dimana waktu manusia lahir ke dunia, mereka tidak membawa barang apapun, kehidupan dengan banyak barang yang dimiliki saat ini ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi yang memiliki. kadang mengikuti trend dan merk barang tertentu membuat kita cemas karena ingin segera memiliki meskipun kita tidak terlalu membutuhkan dan hanya sekedar mengikuti gaya hidup serta meningkatkan prestisius. Nampaknya kita harus belajar dari beberapa tokoh seperti Bunda Teresa yang hanya meninggalkan sepotong sari, cardigan, tas tua dan sepasang sandal lusuh, kemudian Mahatma Gandhi  pria yang dikatakan tidak memiliki benda apapun bahkan ruang tempat tinggalnya tidak memiliki barang, Mark Zuckerberg yang hanya memiliki satu model dan warna pakaian yang sama digunakan tiap harinya. kita juga bisa belajar dari negara Jepang yang masyarakatnya menganut gaya hidup minimalis, menggunakan pakaian seadanya dan barang yang berada di ruangan pun sangat terbatas.Â
Mencoba hidup sederhana dan minimalis ternyata dapat membawa kebahagiaan bagi seseorang. Dengan  menjalani hidup sederhana akan menunjukkan sesuatu yang pokok yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, serta menunjukkan barang-barang yang hanya dibeli karena keinginan sesaat yang akhirnya tidak digunakan. Terkadang memiliki banyak barang bagi banyak orang hanyalah agar mendapat pengakuan dan pandangan dari orang lain namun nyatanya tidak selalu membawa kebahagiaan, mungkin saja hanya kepuasan sementara yang akan hilang dalam hitungan hari atau bulan setelah itu bosan dan tidak dipergunakan kembali sehingga terjadi penumpukan barang yang akhirnya rumah akan terasa penuh dan kita pun merasa tidak nyaman.
Untuk hal ini gaya minimalis dan sederhana adalah sesuatu yang sedang saya terapkan saat ini. Di mulai dengan mengosongkan barang-barang, mengeluarkan semua barang yang berada di kamar seperti pakaian yang tidak digunakan, tumpukan banyak buku yang hanya sekali dibaca dan ditumpuk di rak, kemudian pernak pernik lain yang hanya dipajang di etalase. Hingga akhirnya yang tersisa didalam kamar hanyalah lemari dengan sedikit pakaian yang digunakan sehari-hari, mengganti tempat tidur menjadi lebih kecil dan sebuah meja kecil untuk doa. Dengan tiga benda yang ada kamar ternyata membuat semakin nyaman dan lega karena tidak melihat tumpukan-tumpukan barang.  Selanjutnya saya mulai menerapkan  untuk menggunakan barang yang sama selama masih bisa berfungsi dengan baik seperti pakaian, sepatu, tas, handphone, laptop hingga kendaraan yang sama dalam waktu lama.Â
Lalu dikemanakan barang-barang yang sudah ada ? barang-barang yang sudah ada yang tidak terpakai akan didaur ulang, bila tidak dapat digunakan kembali maka akan dibuang. Untuk barang-barang yang sudah tidak terpakai namun masih berfungsi dengan baik akan diberikan kepada yang membutuhkan sehingga kebahagian semakin bertambah ketika bisa memberi kepada orang lain. Hidup minimalis dan sederhana nyata membuat hidup terasa ringan, nyaman dan bahagia, tidak ada keinginan yang menggebu untuk memiliki, tidak ada rasa cemburu kepada orang lain akan kepemilikan barang ataupun kehidupan mereka, rasanya hidup sederhana membuat segalanya tercukupi, kita terbiasa untuk membeli kebutuhan pokok dan penting saja, menciptakan suasana nyaman dengan sedikit barang yang ada disekitar kita sehingga suasana  yang tercipta semakin lapang tanpa ada tumpukan barang yang membuat terasa sesak.
Saat menjadi  sederhana dan minimalis, kita membebaskan diri dari semua pesan bermuatan materi disekitar kita. cara-cara pemasaran yang kreatif dan iklan yang mengganggu tidak lagi menimbulkan dampak apapun. kehidupan selebritas tidak lagi membuat kita iri. Barang-barang cantik di etalase, produk canggih keluaran terbaru dan semua barang mewah dan bermerek lainnya tidak lagi relevan, sehingga kita bisa berjalan nyaman tanpa rasa ingin memiliki. Hal membahagiakan lainnya dari hidup sederhana dan minimalis adalah kita menjadi tidak membandingkan diri kita dengan yang lainnya dan membuat hidup kita semakin berharga.