Mohon tunggu...
Moch Yunus Ali
Moch Yunus Ali Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Santri

Imam al-Gazali pernah berkata, "Jika kau bukan anak seorang raja atau ulama besar, maka menulislah!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Perbedaan Waswas dan Keraguan

19 Oktober 2024   16:25 Diperbarui: 19 Oktober 2024   16:54 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waswas dan keraguan merupakan dua hal yang mempunyai perbedaan signifikan, baik secara ciri dan konsekuensinya, tapi banyak orang tidak mengetahui dan membedakan antara keduanya.

Keraguan adalah keadaan mental di mana pikiran tetap berada di antara dua proposisi yang bertentangan dan tidak yakin pada keduanya. Timbulnya keraguan dalam pikirin sering kali disebabkan oleh landasan pengetahuan yang minim, sehingga membuat bimbang. 

Sedangkan waswas adalah bisikan nafsu atau setan yang menjadikan seseorang mencurigai sesuatu tanpa adanya landasan dan menumbuhkan opini-opini jelek. Oleh sebab itu, waswas sering kali terjadi pada hal-hal yang bernuansa ibadah, seperti shalat, whudu, menghilangkan najis, dll. 

Secara syariat, setiap orang dianjurkan untuk berhati-hati dalam setiap tindakan, perkataan, dan keyakinannya. Lebih-lebih jika berkaitan dengan masalah ibadah. Sebab, ibadah yang dilakukan dengan sembrono dan tanpa kehati-hatian, sering kali menyebabkan ketidakabsahan. 

Seperti halnya dalam kasus pakaian anak kecil yang tidak bisa membedakan najis dan suci. Meskipun fikih menvonisnya tetap suci selagi tidak nyata ada najis yang menempel pada pakaian tersebut, tapi mayoritas ulama menganjurkan untuk tidak memakainya dengan alasan berhati-hati. 

Berbeda jika semua itu timbul dari perasaan waswas yang tidak berlandasan, ulama sepakat untuk tidak berhati-hati dan membuang jauh-jauh pikiran tersebut, karena itu hanya bisikan nafsu dan setan yang ingin menjerumuskan pelakunya ke jurang kesesatan. 

Konklusinya, pada uraian di atas, penulis ingin memberi tahu bahwa saat pikiran kita dilanda keraguan, seyogyanya untuk memilah terlebih dahulu dengan jeli. Apakah itu timbul dari hati atau waswas yang timbul dari bisikan setan? Jika murni dari hati, maka kita dianjurkan berhati-hati. Tetapi jika berupa waswas tanpa landasan, maka kita harus membuang jauh-jauh keraguan itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun