Restu Adira atau yang akrab dipanggil Restu merupakan santri asal Semarang, Jateng, yang menempuh pendidikannya di Pulau Garam, Madura. Lebih tepatnya di Sampang, Pondok Pesantren Darul Mukhlisin. Pada saat ini, ia duduk di bangku kelas 3 Tsanawiyah (formal) dan kelas 3 Ibtidaiyah.Â
Aktivitasnya saat ini yang sedang ia dalami adalah metode al-Miftah lil Ulum Sidogiri, yaitu metode cepat baca kitab. Meskipun ia masih pemula dan belum pernah mencicpi ilmu gramatika Arab, namun kegigihan dan semangatnya hampir tidak ada yang bisa menandinginya. Dalam keseharinnya, Restu tidak pernah lepas dengan kitab al-Miftah. Bahkan sebelum tidur, ia masih sempat untuk membawanya, meskipun tidak sempat dibaca.Â
Di kalangan teman-temannya, Restu dikenal sebagai anak yang selalu ceria dan murah senyum. Namun, dibalik senyum manisnya, ia memiliki hati yang lemah lembut dan mudah rapuh. Ia sering kali terlihat meneteskan air matanya saat disakiti oleh teman-temannya. Hebatnya, anak kelahiran Semarang ini juga sering kali tak bisa membendung air matanya ketika ia sulit untuk menghafal pelajarannya. Sehingga tidak sedikit dari teman kelasnya yang mencemooh.Â
Menurut penuturannya, yang membuat ia tetap semangat sampai saat ini, karena sosok ayahnya yang hebat, yang ingin memiliki anak berprestasi dan bisa baca kitab. Selain itu, ia juga merasa iri melihat teman-temannya yang lancar baca kitab dengan mudah dan cepat.Â
"Semangatlah dalam mencari ilmu, jika kalian ingin bahagia di dunia maupun akhirat. Dan rajinlah belajar dan jangan pantang menyerah, karena tidak ada pahlawan yang muncul dari orang-orang yang selalu dalam zona nyaman." Begitulah pesan-pesannya untuk para santri, diakhir wawancara kami dengannya.Â
Semoga kita semua, khususnya santri Pondok Pesantren Darul Mukhlisin ini bisa meneladani jejak langkahnya dalam mencari ilmu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H