Imam Ghazali, seorang ulama terkemuka di zamannya yang memiliki banyak karangan. Keilmuannya disegala bidang tidak bisa diragukan. Bahkan beliau mendapat gelar Hujjatul Islam karena kehebatannya untuk mematahkan argumentasi para pemikir sesat.
        Selain itu, beliau juga dikenal sebagai tokoh sufi legendaris yang mampu mengkonsepkan ajaran tasawuf secara spesifik. Hal ini dibuktikan dengan beberapa karangannya yang tersebar di penjuru dunia.Â
        Salah satu karya fenomenalnya yang best seller dan sering dibuat acuan dalam penelitian adalah kitab Ihya Ulumuddin. Kitab ini disusun pada era kejayaan politik Dinasti Abbasiyah atau sekitar abad 9-10 yang merupakan masa keemasan Islam dalam ranah politik.
        Pencapaian ini membawa implikasi kemakmuran umat Islam secara material. Bahkan tidak sedikit ulama yang terjun dalam struktur kekuasaan politik pada saat itu.Â
        Seiring berjalannya waktu, masyarakat Muslim banyak yang terpedaya dengan kemewahan material dan pengetahuan tentang keagamaan banyak digunakan untuk melegitimasi kekayaan duniawi serta memperkuat posisi politis.
        Karena melihat keagamaan masyarakat sedang tidak baik-baik saja, Imam Ghazali, berisiniatif untuk mengang kitab yang dapat membangun kembali nilai-nilai agama secara murni.Â
        Sejak itulah, esensi agama sebagai jalan untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat bisa tercapai. Berkat kitab ini juga, Imam Ghazali banyak mendapat respon positif dari berbagai kalangan. Baik cendekiawan Muslim maupun Non-muslim.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H