Tanpa sepatah kata, aku tarik rambut Kak Rara, lalu menyeretnya keluar.
"Maaah, tolong aku mah!" Kak Rara menjerit dan memanggil-manggil mama.
Sampai di depan pintu kamar, aku jambakkan kepala Kak Rara ke pagar besi. Ia pun pingsan dengan kepala yang mengalirkan darah.
"RARAAA." Teriak mama, melihat Kak Rara yang mengenaskan.
"Mama pengen bertemu Kak Rara?" Tanyaku, menenteng rambut Kak Rara. "Tangkap ya maaah!" Badan Kak Rara kutendang dari depan kamarnya, membuat tubuhnya berguling-guling sampai lantai dasar.
"Dasar iblis." Mama mencaciku dengan melemparkan raut wajah yang murka.
Kak Rara yang kala itu sekarat layaknya hewan yang disembelih, berada di pangkuan mama. Begitulah karma, seorang pembunuh sudah sepantasnya dibunuh. Aku pun turun untuk menyelesaikan pembalasan dendam ini. Tidak akan aku biarkan satupun dari keluarga ini berjalan di atas muka bumi. Mereka semua akan kukirim ke neraka.
"Berikan itu padaku!" Pintaku, mengadahkan kedua tangan. Anak buahku memberikan kedua pistol yang ada di tangan kepadaku. Aku ingin mereka berdua hanya mati dengan tanganku.
"Tiga...Dua..." Aku hitung mundur, mengarahkan kedua pistol itu tepat ke kepala mama dan Kak Rara.
Mama hanya bisa menangis, meratapi ajal yang akan menjemputnya dan putri kesayangannya itu. Ia memeluk kepala Kak Rara yang berada di pangkuannya, dengan menutup kedua mata, seolah-olah bersiap untuk menjemput kematian.
"TUNGGUUU!" Terdengar suara yang tidak asing di telingaku dari luar.