Mohon tunggu...
Moch Yunus Ali
Moch Yunus Ali Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Santri

Imam al-Gazali pernah berkata, "Jika kau bukan anak seorang raja atau ulama besar, maka menulislah!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita Iblis

26 Maret 2024   14:09 Diperbarui: 27 Maret 2024   00:12 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baguslah, mama belum mati. Aku masih ingin mama menderita dan mati perlahan." Ucapku yang kala itu duduk di sofa, memakan apel, dengan posisi kaki yang tersusun di atas meja.

"Lisa, cukup! Kamu udah kelewatan." Mata mama melotot dan masih berani membentak-bentak di hadapanku.

"Hhh, kelewatan? Setelah mama membunuh mama kandungku dan membuatku menderita layaknya seorang budak. Parahnya lagi, mama yang menyebabkan kematian papa dan telah merampas semua harta kekayaannya." Tegasku dengan nada agak naik.

Perempuan paruh baya itu tertawa histeris mendengarkan ucapanku. "Dasar anak bodoh." Wanita itu masih sempat melontarkan kata-kata kotornya di hadapanku, sebagaimana yang acap kali ia katakan saat aku melakukan kesalahan dalam pekerjaanku. Itu membuat tekanan darahku naik. Aku refleks menghantam mama tiriku itu dengan vas bunga, sampai membuat wajahnya hancur tergores oleh pecahan-pecahan kaca dari vas busa itu.

"Maaf ya maaa, kalau itu sedikit sakit." Ejekku.

"Oh iya, sebelum mama mati, aku punya kejutan lagi untuk mama." Ucapku, menoleh ke kamar Kak Rara di lantai dua.

"Jangan coba-coba kau sentuh Rara!" Lagi-lagi tua bangka itu membentakku, tapi kustel tuli telingaku tanpa menggubris ocehannya.

Aku pun menaiki tangga untuk menjemput Kak Rara. Kakiku yang melangkah perlahan membuat suara sepatuku mendominasi. Tanpa kusadari mama hampir menikamku dari belakang dengan pisau pemotong buah yang ada di tangannya. Beruntung anak buahku sangat cerdik. Begitu melihat mama mengambil ancang-ancang menikamku, sepontan mereka menembak kedua kaki mama, sehingga membuatnya lumpuh tak berkutik.

***

Tok

Tok

Tok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun