Namaku Putri, perempuan lajang yang sudah berumur 25 tahun. Bagi kaum hawa, itu mungkin usia up-side untuk menempuh jenjang pernikahan. Kini aku hidup terbengkalai di sebuah kos-kosan kecil yang hanya bisa ditempati oleh satu orang.
Ayah, ibu, dan adikku telah meninggal 7 tahun lalu, akibat kecelakaan saat kami akan liburan ke kota dewata Bali. Sabuah truck menabrak mobil kami, dari arah berlawanan saat kami melintasi persimpangan jalan, sehingga membuat mobil kami terlempar jauh dan bergulir sampai ke dasar jurang. Dari tragedi itu, tidak ada satu pun yang terselamatkan kecuali aku.
Namun, aku mengalami beberapa luka yang parah di bagian kepala dan kaki, sehingga mengharuskanku dirawat inap di rumah sakit selama berbulan-bulan.
Sejak meninggalnya keluargaku, perusahaan yang dikelola oleh ayahku bangkrut karena tidak ada yang mengurusi. Sedangkan toko emas milik ibuku disita oleh bank.
Saat ini, aku hidup sendirian, tanpa keluarga, tanpa seorang teman, tanpa satu pun orang yang mengurusi. Setiap bangun tidur, aku hanya bisa menatap sebuah cermin tua yang lusuh di pojok bilikku, meratapi pahitnya takdir.
Rutinitasku di pagi hari, berolahraga dengan lari-lari kecil di halaman rumah, untuk menghirup segarnya udara pagi. Mengendarai kendaraan roda empat, dengan dua roda besar di bagian belakang yang aku setir dengan kedua tanganku.
Kedua kakiku telah tiada, akibat tragedi kecelakaan itu. Aku hanya bisa menjalani aktivitasku setiap harinya dengan kursi roda tua ini yang telah rapuh dan berkarat.
Sesekali aku buka facebook dengan akun samaranku, untuk mengintip status yang di post oleh Alex, mantan kekasihku.
"Hhh, ia masih tampan seperti dulu." Ucapku memandangi fotonya yang tersenyum lebar, merangkul perempuan yang ada di sampingnya.
"Siap menjalani hubungan pernikahan, dua pekan mendatang." Tulis Alex pada caption fotonya.