Penggunaan google classroom, google form, dan lain-lain menjadi penting untuk diketahui caranya. Meski zaman sudah canggih tapi masih ada beberapa kesalahpahaman sehingga ilmu atau materi yang disampaikan tidak dapat diterima. Tugas yang diberikan semestinya gampang menjadi lebih ribet karena harus ada penjelasan ulang peserta didik.
Semestinya pembelajaran kembali ke pengajaran yang menyenangkan. Keterkejutan ini mungkin wajar karena belum tertatanya sistem dan kebiasaan. Guru yang biasanya memberikan ilmu atau materi serasa memiliki beban untuk harus selalu menyampaikan ilmu.
Padahal sejatinya hal tersebut sudah harus mulai dikurangi karena sistem yang ada saat ini meminta guru dan dosen hanya sebagai fasilitator. Ketakutan dan tekanan ini bukannya tanpa dasar, mengingat karena mudahnya akses informasi membuat siswa malah malas.
Hal ini sungguh berkebalikan karena dengan mudahnya informasi maka semangat belajar harusnya semakin tinggi. Doktrin belajar hanya ada di ruang-ruang formal seperti sekolah ataupun pondok pesantren.
Pemikiran ini harus dirubah dan mulai harus dibiasakan di rumah sebagai lingkungan awal. Hal ini akan mendorong pemikiran kritis (critical thinking) yang akan muncul sejak awal.
Ketergantungan untuk ladang ilmu harus di sekolah harus dikurangi karena ilmu bisa di dapat di mana pun dan kapan pun. Tentunya dengan sanad keilmuan yang jelas.
Hal ini karena banyak sumber ilmu yang dimodifikasi atau hilang konteks dari yang sebenarnya. Semoga dengan 14 hari ini ada perubahan baik dari adanya pembelajaran jarak jauh yang mendukung program mas Menteri Pendidikan Nadhim Makarim tentang #Merdeka Belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H