Mengutip pendapat  Ki Sugeng Subagya. Pamong Tamansiswa menjelaskan, membiasakan budaya Jawa dalam berbahasa dapat dilakukan dengan; (1) bapak dan ibu dalam keluarga mempergunakan bahasa krama (2) Bahasa krama digunakan dalam berbicara dengan teman sejawat; (3) rintisan Java Day dalam satu minggu baik di kantor maupun di sekolah. (4) Kegiatan agama dan keagamaan, misalnya Khutbah Jumat dan Misa Gereja dengan menggunakan Bahasa Jawa; (5) seminar, sarasehan, dan diskusi dengan menggunakan bahasa Jawa dan sebagainya.
Sedang membenahi pembelajaran Bahasa Jawa di sekolah, dapat dilakukan dengan (1) menata kembali kurikulum mata pelajaran bahasa Jawa. (2) Pembelajaran bahasa Jawa yang disesuaikan dengan nut ing jaman kelakone, (3) pemanfaatan media dan penguasaan model pembelajaran yang bervariasi bagi guru Bahasa Jawa; dan (4) menggali khasanah budaya Jawa dan kearifan lokal untuk pembelajaran budi pekerti luhur. Misal jujur, mengutamakan kepentingan masyarakat, arif dan bijaksana, mengingat asal muasalnya, sudibya, aja dumeh dan lain sebagainya.
Lain dari itu, pembelajaran bahasa Jawa hendaknya dimulai dari fungsinya sebagai alat komunikasi. Jadi Bahasa Jawa sebaiknya bukan sebagai pelajaran pengetahuan Bahasa Jawa semata, tetapi sebagai alat komunikasi. Karena itu tidak perlu takut salah. Hakikat berbahasa sesungguhnya adalah kebiasaan (pakulinan).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H