Atau dengan bahasa agama, buatlah tempat sebagai "jannah" dalam kelauga. 'Baiti Jannati" (Rumahku surgaku). Dengan begitu, seluruh anggota merasa senang dan betah dan berlama-lama untuk membaca.
Terkait dengan macam dan jumlah, serta koleksi buku, Guru besar psikologi UNS itu mengatakan, maka perlunya seluruh anggota keluarga menampatkan buku menjadi salah satu kebutuhan "penting".Â
Artinya, perlu membuat atau merencanakan setelah ada keuangan yang cukup tiap bulannya atau tiap dua bulannya membeli buku. Tentu, buku yang dibeli bisa dipilah dan pilihkan yang cocok sesuai dengan kondisi anggota keluarga masing-masing.
kelima, mengingat keluarga memiliki peran penting dalam membumikan budaya lietasi, maka budaya lietasi keluarga  perlu dioptimalkan sejak dini.Â
Terlebih, jika keluarga itu pasangan baru, keluarga baru, perlu memulai memahami pentingnya budaya literasi dalam tumbuh kembang anak k depan. Â kecerdasan dan kreativitas berasal dari wawasan dan gagasan yang ditentukan pula dari interaksi dalam rumah.
Membumikan budaya literasi di rumah juga perlu pengembangan pola asuh literatif, bukan hanya pengenalan kemampuan angka berhitung saja, tetapi lebih dari itu anak perlu dikembangkan mental, dikuatkan mental dengan cara menganalkan mencintai buku yang sesuai dengan usia dan minat.Â
Karena pada dasarnya, keluarga menjadi ujung tombak pembentukan sumber daya manusia menuju cerdas dann kreatif. Membumikan budaya literasi perlu dimulai dari ini. "Dengan beberapa konsep dan cara tersebut, tidak mengherankan keluarga-keluarga di masa medatang akan memiliki budaya lierasi yang kuat". (Diq)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H