Mohon tunggu...
Moch Rizki Prasetyo
Moch Rizki Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya sedang menjalani kuliah di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hambatan Program Pendidikan Vokasional yang Berorientasi Pada Keterampilan dan Patriotisme

24 Agustus 2024   18:35 Diperbarui: 24 Agustus 2024   18:35 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan vokasi merupakan model pendidikan yang mengusung keunggulan berupa 70% praktek dan 30% teori dengan harapan dapat menjadi salah satu jawaban dalam permasalahan penyiapan lulusan perguruan tinggi dengan keahlian terapan yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah sangat gencar menggalakkan pendidikan vokasi sebagai salah satu jalur yang dapat ditempuh untuk meningkatkan daya saing bangsa. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan pendidikan vokasi baik di level pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi seperti semboyan "SMK Bisa!" dan pendirian beragam Politeknik baru di berbagai  wilayah negeri ini.

Hal tersebut terus dilanjutkan oleh pemerintahan selanjutnya, bahkan menjadi sangat terasa pada level pendidikan tinggi sejak pendidikan tinggi dilepas dari Kemendikbud dan digabungkan ke Kemenristekdikti. Penguatan pendidikan vokasi hingga memiliki label "lulus kuliah langsung kerja" tersebut, tidak heran jika memberikan semangat dan motivasi baru di tengah masyarakat kita yang kemudian beralih minat untuk menyekolahkan putra-putrinya ke pendidikan vokasi daripada di pendidikan akademik. Bahkan di periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo ini dimana pendidikan tinggi dikembalikan ke Kemendikbud, diperkirakan masih akan terus terjadi pengembangan di pendidikan vokasi, terlebih dengan terpilihnya Mendikbud Bapak Nadiem Makarim yang sangat terbuka dengan teknologi informasi.

Dalam pendidikan vokasi terdapat 5 jenis pendidikan vokasi di Indonesia, seperti Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah Kejuruan, Akademi Komunitas, Politeknik,  Universitas, dan Balai Latihan Kerja (ADB, 2015). Dalam perjalanan program pendidikan vokasional yang telah dilakukan, ternyata memiliki hambatan khususnya hambatan di bidang ketrampilan dan patriotism. Beberapa contoh hambatan di bidang keterampilan dalam melaksanakan program pendidikan vokasi yaitu:

Berikut adalah hambatan-hambatan yang dibicarakan dalam penerapan program pendidikan vokasional yang berorientasi pada keterampilan dan patriotisme:

1.Paradoks Modernisasi dan Nilai Tradisional

Dalam usaha memodernisasi kurikulum dengan keterampilan terkini, ada tantangan untuk menjaga relevansi nilai-nilai tradisional dan patriotisme. Modernisasi sering kali membawa nilai-nilai global yang bisa menggeser perhatian dari identitas nasional dan budaya lokal.

2.Kompleksitas Pengukuran Nilai Patriotisme

Meskipun keterampilan teknis dapat diukur dengan mudah melalui sertifikasi dan ujian, mengukur internalisasi nilai patriotisme lebih sulit. Ini memerlukan metode evaluasi yang mendalam dan berkelanjutan, yang sering kali tidak menjadi prioritas dalam evaluasi pendidikan vokasional.

3.Ketidaksesuaian Antara Sumber Daya Alam dan Vokasionalisme Lokal

Di beberapa wilayah, program vokasional mungkin tidak disesuaikan dengan potensi sumber daya alam setempat, yang dapat mengurangi rasa keterikatan siswa terhadap wilayah mereka dan menurunkan semangat patriotisme lokal.

4.Dampak Teknologi terhadap Nilai-Nilai Sosial 

Penerapan teknologi canggih dalam pendidikan vokasional bisa secara tidak langsung mengurangi interaksi sosial tradisional yang menjadi dasar penanaman nilai-nilai patriotisme. Ketergantungan pada teknologi bisa menciptakan jarak emosional antara individu dan komunitasnya.

5.Dualitas Identitas Global dan Lokal

Di era globalisasi, siswa sering kali menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan identitas nasional dengan pengaruh identitas global. Program vokasional yang berorientasi pada keterampilan internasional kadang-kadang dapat memicu dilema identitas, di mana siswa lebih merasa terhubung dengan budaya global daripada dengan identitas kebangsaan.

6.Kurangnya Narasi Historis dalam Pendidikan Vokasional

Pendidikan vokasional sering kali kurang memasukkan narasi sejarah nasional yang relevan dengan bidang keterampilan yang diajarkan. Padahal, narasi ini bisa menjadi dasar untuk menanamkan rasa bangga dan patriotisme yang lebih dalam terkait dengan kontribusi teknis di masa lalu.

7.Patriotisme yang Terjebak dalam Formalitas

Banyak program pendidikan vokasional yang mencoba mengajarkan patriotisme hanya sebagai serangkaian formalitas, seperti upacara bendera dan hafalan lagu kebangsaan, tanpa benar-benar menyentuh aspek emosional dan kognitif yang dapat membuat siswa merasa terlibat secara mendalam dengan negaranya.

Hambatan-hambatan ini lebih bersifat konseptual dan seringkali tidak menjadi perhatian utama dalam diskusi, namun penting untuk dipertimbangkan dalam merancang program pendidikan vokasional yang holistik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun