Penerapan teknologi canggih dalam pendidikan vokasional bisa secara tidak langsung mengurangi interaksi sosial tradisional yang menjadi dasar penanaman nilai-nilai patriotisme. Ketergantungan pada teknologi bisa menciptakan jarak emosional antara individu dan komunitasnya.
5.Dualitas Identitas Global dan Lokal
Di era globalisasi, siswa sering kali menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan identitas nasional dengan pengaruh identitas global. Program vokasional yang berorientasi pada keterampilan internasional kadang-kadang dapat memicu dilema identitas, di mana siswa lebih merasa terhubung dengan budaya global daripada dengan identitas kebangsaan.
6.Kurangnya Narasi Historis dalam Pendidikan Vokasional
Pendidikan vokasional sering kali kurang memasukkan narasi sejarah nasional yang relevan dengan bidang keterampilan yang diajarkan. Padahal, narasi ini bisa menjadi dasar untuk menanamkan rasa bangga dan patriotisme yang lebih dalam terkait dengan kontribusi teknis di masa lalu.
7.Patriotisme yang Terjebak dalam Formalitas
Banyak program pendidikan vokasional yang mencoba mengajarkan patriotisme hanya sebagai serangkaian formalitas, seperti upacara bendera dan hafalan lagu kebangsaan, tanpa benar-benar menyentuh aspek emosional dan kognitif yang dapat membuat siswa merasa terlibat secara mendalam dengan negaranya.
Hambatan-hambatan ini lebih bersifat konseptual dan seringkali tidak menjadi perhatian utama dalam diskusi, namun penting untuk dipertimbangkan dalam merancang program pendidikan vokasional yang holistik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H