Seiring berjalannya waktu, nilai-nilai toleransi dalam menerima perbedaan semakin diperkuat dan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Banyuwangi.
Hal ini juga didukung oleh pemerintah daerah Banyuwangi yang semakin menggencarkan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperkokoh rasa toleransi masyarakat Banyuwangi melalui penyelenggaraan acara, festival, kegiatan sosial maupun lainnya. Salah satu contohnya yakni inovasi Festival Ngopi Kebangsaan yang diadakan pemerintah daerah Banyuwangi, Juni tahun 2022 silam.
Festival Ngopi Kebangsaan adalah sebuah kegiatan yang mengutamakan kegiatan ngopi (minum kopi) sebagai simbol pertemuan dan memperkokoh, mempromosikan toleransi di masyarakat Banyuwangi. Dalam festival ini, ngopi menjadi objek untuk merajut kerukunan dan menghargai keberagaman yang ada.
Tujuan dari festival ini adalah untuk memperkuat kesadaran tentang pentingnya toleransi dalam menjaga persatuan dan kerukunan antarwarga, terutama di tengah-tengah perbedaan suku,agama,dan etnis yang ada di Banyuwangi. Festival ini mengajak semua lapisan masyarakat dengan perbedaan latar belakang untuk ikut serta.
Pada festival ini menyuguhkan kekayaan budaya dari berbagai suku,agama dan etnis yang ada di Banyuwangi selama bertahun-tahun. Berbagai suku,agama, dan etnis hadir dengan pakaian adatnya masing-masing. Bukan hanya suku Osing yang mendominasi terdapat juga berbagai suku lain seperti suku Jawa, Bali, Bugis,Tionghoa,Arab, Minang dan berbagai suku lainnya.
Ibu Ipuk, bupati kabupaten Banyuwangi menuturkan "Keragaman suku, agama, etnis, dan budaya di Banyuwangi ini harus dirajut secara harmonis.
Festival Ngopi Kebangsaan ini, dapat menjadi salah satu cara untuk merajut harmoni, keragaman ini yang membawa Banyuwangi bisa bergerak maju seperti sekarang inI. Bahkan membawa keberkahan bagi daerah ini. Kerukunan semua elemen disini harus kita jaga terus, semua harus kompak" Ungkapnya.
Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak acara, program atau kegiatan sosial yang sudah digencarkan oleh pemerintah daerah ternyata sangat berdampak baik bagi kehidupan sehari-hari masyarakat Banyuwangi tercermin dari banyaknya perilaku masyarakat yang dapat menghargai dan menerima perbedaan yang ada contohnya saja sudah banyak masyarakat yang dengan sukarela membantu pengamanan umat agama lain merayakan hari besarnya, semakin banyaknya proyek-proyek pemuda agama yang satu  dan berkolaborasi dengan pemuda agama lainnya, menolong siapa saja tanpa membedakan latar belakang yang ada dan masih banyak kegiatan lainnya.
Toleransi dan Pemerintah
Kehidupan bermasyarakat di Indonesia tidak selalu berjalan mulus. Terkadang ada konflik yang timbul akibat sentimen antar golongan dan juga sikap intoleran antar agama di Indonesia. Hal ini tentunya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 yang menghendaki kehidupan yang damai dalam bingkai keberagaman. Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945 Â menjelaskan bahwa "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya." Namun dalam kenyataannya, implementasi pasal tersebut belum dijalankan secara baik oleh negara.
Sejarah mencatat, kasus intoleran di Indonesia telah terjadi sejak lama dan menjadi pekerjaan rumah yang tak kunjung usai sejak lama. Kasus-kasus bernuansa agama seperti konflik umat Kristen dan muslim di Poso pada akhir tahun 90-an, konflik Ambon pada 1999 yang diawali pemalakan pemuda muslim pada warga nasrani yang kemudian menyebar dan membakar amarah, konflik Tolikara yang terjadi karena umat Gereja Injil Indonesia menyerang umat Islam yang sedang shalat Idul Fitri di Markas Korem di Tolikara dan masih banyak kasus intoleran yang terjadi di Indonesia hingga saat ini.