Berbicara mengenai sejarah pendudukan Jepang di Hindia Belanda (Indonesia), tidak lepas dengan peristiwa Perang Dunia II. Lalu, bagaimana kronologi dan fakta sejarah dibalik kedatangan Jepang ke Indonesia?
1. Â Jepang sebagai Satu-Satunya Bangsa Asia yang Terlibat dalam Perang Dunia II dan Motivasi Kedatangan Jepang ke Indonesia Untuk Mencari Wilayah Strategis Kepentingan Perang.
Jepang merupakan satu-satunya bangsa dari Asia yang ikut terlibat dalam peristiwa Perang Dunia II. Keikutsertaan Jepang dalam Perang Dunia II bertujuan untuk membangun sebuah imperium di Benua Asia. Upaya tersebut dilakukan dengan menguasai beberapa wilayah di "daerah-daerah selatan", dalam hal ini Asia Tenggara, termasuk juga Hindia Belanda (Indonesia). Berdasarkan rencana yang disusun oleh Kementerian Angkatan Darat Jepang pada 4 Oktober 1940, yakni "Rencana Tentatif bagi Suatu Kebijaksanaan Mengenai Daerah-Daerah Selatan", Jepang berencana menjadikan Indonesia sebagai tujuan penyerangannya (Marwati Djoened Poespoengoro dan Nugroho Notosusanto, 2008: 3).[1] Hal ini karena Jepang menganggap Indonesia sebagai sumber bahan strategis terutama minyak dan karet yang dapat digunakan untuk kepentingan perang.
2. Kedatangan Jepang Tidak Hanya melalui Jalur Kalimantan Saja, Melainkan Juga Menduduki Wilayah Sulawesi dan Daerah Timur Indonesia.
Dalam usahanya untuk menguasai instalasi minyak, Jepang mulai melakukan pendaratan di Hindia Belanda (Indonesia) pada awal-awal tahun 1942. Pada Sabtu malam (10 Januari 1942), Jepang mendaratkan pasukannya di Tarakan, timur laut Kalimantan (The Telegraph, 12 Januari 1942). Namun sebelumnya, pada 10 Januari pagi dilaporkan bahwa setelah berbagai kapal pengangkut dan kapal perang Jepang telah berada di tenggara Tarakan, kemudian Jepang berencana menyerang pada sore harinya (The Cairns Post, 13 Januari 1942). Pulau Tarakan, di timur laut Kalimantan, yang diserang oleh pasukan penyerang Jepang tersebut memiliki produksi minyak sebesar 80.000 ton per bulan (The Telegraph, 12 Januari 1942). Bersamaan dengan itu, Jepang juga menyerang tiga poin di wilayah Sulawesi dengan pendaratan yang dilakukan dari angkutan yang diiringi kapal perang (The Cairns Post, 13 Januari 1942).
Penyerangan Jepang terhadap Hindia Belanda tersebut terus berlanjut dan menjalar ke wilayah-wilayah lain di Kalimantan dan Sulawesi. Pada hari Minggu, 25 Januari 1942, Hindia Belanda menyatakan bahwa Jepang telah mendaratkan pasukannya di Kendari, Sulawesi bagian Tenggara dan Balikpapan, pantai timur Kalimantan (The Advocate, 26 Januari 1942). Dengan pasukan Jepang yang hanya berjarak 40 mil dari Singapura, Jepang berhasil menduduki Balikpapan, salah satunya dua pelabuhan terpenting di Kalimantan (The Tribune, 30 Januari 1942). Pada masa ini, Balikpapan merupakan pelabuhan terbesar di Kalimantan dan outlet bagi minyak seluas 11.000.000 hektar di Hindia Belanda (The Sun, 23 Januari 1942). Pelabuhan tersibuk di kota ini terletak di tengah-tengah salah satu ladang minyak terkaya di Kalimantan dengan memiliki 29.000 populasi dan fasilitas pangkalan udara untuk pesawat darat dan laut (The Tribune, 30 Januari 1942).
Selain menguasai wilayah Kalimantan dan Sulawesi, pada bulan yang sama, upaya Jepang dalam rangka menduduki Hindia Belanda juga terlihat di beberapa wilayah di kepulauan timur. Pada Sabtu pagi, 24 Januari 1942, Jepang melakukan pengeboman terhadap Ambon dan sekitarnya, namun tidak membuahkan hasil (The Cairns Post, 27 Januari 1942). Lebih lanjut, pengeboman dan penembakan mesin juga terjadi di berbagai tempat di wilayah timur, seperti Sorong, Namlea, dan Manokwari (The Cairns Post, 27 Januari 1942).
Di Kalimantan, pasukan Jepang terus melebarkan sayapnya hingga ke Kalimantan bagian barat. Hanya berselang empat hari sejak kedatangannya di Balikpapan, Jepang mendaratkan pasukannya di pantai barat daya Kalimantan. Pada 29 Januari 1942, Komando Tinggi Hindia Belanda mengumumkan bahwa Jepang telah mendarat di Penanghat, pantai barat daya Kalimantan (The Border Morning Mail, 30 Januari 1942).
Setelah Jepang menduduki wilayah-wilayah di Kalimantan, Sulawesi, dan daerah timur Hindia Belanda, Jepang kemudian memperluas wilayah ekspansinya hingga ke Sumatra pada awal-awal Februari 1942. Secara resmi Jepang memulai pendaratan besar-besaran di Sumatera dari laut menuju Palembang pada Minggu, 15 Februari 1942 (The Tweed Daily, 16 Februari 1942). Sumber lain menyebutkan, kota yang berada di Sungai Musi yang berhadapan dengan Pulau Bangka ini telah diserang dari udara sejak hari Jumat, 13 Februari 1942, dan pada Sabtu pagi, Jepang menerjunkan sekitar 700 orang penerjun payung dan bersenjata dengan senjata tommy dan mortir ringan yang kemudian diikuti operasi pendaratan skala besar (The Sydney Morning Herald, 17 Februari 1942).