’Menulislah selama masih punya ingatan’’ Itulah kata kata dari senior saya AE Priyono saat masih ngangsu Ilmu di Ngayogyokato Hadiningrat berpuluh puluh tahun lalu. AE Priyono adalah tokoh Pers Mahasiswa Yogyakarta saat itu. Nasihat itu selalu saja saya ‘’amalkan’’ hingga saat ini.
Perintah  menulis ternyata hingga saat ini terus digelontorkan oleh para Ahli menulis, coba tengok di Dapur Kompasiana ini, berapa banyak Kompasianer yang membuat tulisan tentang ‘’Menulis’’. Ada yang ngajari bagaimana agar bisa menulis, ada juga yang nasehat supaya menulis dengan hati, ada yang bilang menulis itu mudah, pokoknya macam macam.
Pertanyaannya adalah dimana kita harus menulis, tentu tidak di sembarang tempat, pastinya semua nasihat yang digelontorkan para penulis itu adalah menulis di Media.
Persoalannya kemudian muncul, di Media apa kita menulis, sebab untuk masuk ke media cetak, tidak sembarangan tulisan bisa masuk lantaran ada standar baku, ada redaktur yang siap mengembalikan tulisan jika dianggap tidak sesuai dengan kebijakan redaksi, yang paling pahit adalah jika pengembalian itu ada embel embel ‘’maaf tulisan anda belum layak untuk di muat’’. Itu artinya tulisannya tidak bermutu.
Tapi sekarang sudah tidak berlaku lagi kata kata ‘’maaf tulisan anda belum layak untuk di muat’’, sebab ada Kompasiana yang siap menampung, bebas tanpa sensor, hanya satu kelemahannya ‘’Maaf tulisannya tidak di bayar’’.
Lha kalau ada penulis yang ingin di bayar di Kompasiana, sebaiknya mulai sekarang mundur saja dari Kompasiana, sebab Kompasiana memang bukan Media untuk itu. Menulis di Kompasiana memang bukan untuk di bayar, Saya menulis disini, tak pernah berpikir, tulisan saya dibaca orang atau tidak, bagus atau tidak, yang penting ketika ada ide, ada ingatan, ada inspirasi, maka saya tulis tanpa berpikir dapat bayaran.
Namun demikian, jangan dikira menulis di Kompasiana tidak bisa menghasilkan Uang, soal besar kecilnya relative. Tidak percaya, tanya ke Desol, tanya ke Pak Thamrin Sonata, tanya ke Pak Tjiptadinata atau Fitri Manalu. Mereka mereka ini sudah pernah menerbitkan buku dari kumpulan tulisan di Kompasiana. Nah dari penjulan bukunya itulah ‘’dapat’’ uang, walaupun hanya sekedar ganti ongkos cetak.
Dan, saya termasuk orang berterimakasih kepada Kompasiana, sebab dari Tulisan saya di Kompasiana, saya di beri rejeki oleh Allah, tulisan saya itu ternyata ‘’mendapatkan uang’’, tapi bukan dari menjual buku kumpulan tulisan di Kompasiana. Nah bingung kan…..
Ini ceritanya,,, eng ing eeeeeng.
Tahun 2013, saya pernah menulis di Kompasiana tentang Problem Pengawasan Orang Asing di Cilegon, baca di sini.
Suatu kala mangsa, di salah satu daerah, sedang membuat Perda Tentang Keberadaan Orang Asing, Sebelum Perda itu disahkan, ada konsep yang disebut Rancangan Peraturan Daerah  dilengkapi dengan ‘’Naskah Akademiknya’’ yang dibuat oleh Konsultan.