Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Perindo di Kampung Saya…!

9 Maret 2015   14:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:57 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan anda bayangkan, Perindo yang saya tulis ini adalah Perindo milik Hary Tanoesoedibjo yang kini sudah menjadi Partai Politik. Bukan juga Perindo yang baru punya cita-cita serta kerangka berpikir yang jelas tentang arti persatuan. Perindo yang saya maksud tak lain adalah Persatuan Indonesia yang sudah dijawantahkan berupa aksi yang dilakukan masyarakat melalui deklarasi nyata dan kerja.

Tulisan ini saya maksudkan untuk menggugah siapapun yangmempunyai kerangka berpikir “Persatuan Indonesia” demi untuk memajukan, mensejahterakan rakyat. Bahwa sesungguhnya nilai nilai persatuan untuk memajukan dan mensejahterakan rakyat tidak cukup hanya dengan “berbicara” di Seminar maupun diskusi, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana orang melaksanakan persatuan itu dengan karya nyata, hansilnya juga nyata bisa di rasakan langsung secara bersama sama minimal di lingkungan masing masing.

Nangkringnya tulisan ini di Kompasiana terinspirasi adanya kiriman dari tokoh masyarakat kampung tempat saya dulu lahir (bukan kota tentunya) yakni saudara Jaenal fatah. Ceritanya saat berada di area parkir bandara Soekarno hattacengkreng (jemput anak pulang dari Makassar), tiba tiba terdengar tanda pesan masuk di HP. Setelah saya buka, ternyata ada kiriman di Wall fb saya berupa sebuah peta tanah yang didalamnya sudah di stabilo. Stabilo berupa garis yang melalui beberapa petak tanah,menunjukkan rencana pembuatan jalan tembus yang di digagas warga.Dalam gambar yang dikirim itu di tulis oleh Zainal “ Alhamdulillah selesai musyawarah dengan pemilik tanah yang rencananya dijadikan lokasi pembuatan jalan, semua masyarakat setuju tanpa ada ganti rugi”. Melalui massengger saya menulis “ ya syukurlah, tapi jangan lupa bikin Surat pernyataan hibbah supaya jangan ada masalah dikemudian hari”, pesan saya.

[caption id="attachment_354792" align="aligncenter" width="300" caption="Peta jalan"][/caption]

Keesokan harinya, Zainal Fattah ternyata mengirimkan lagi sebuah foto. Nampak kelihatan sebuah bangunan TPT. Tingginya kurang lebih 2,5 meter dan panjang 75 meter. Pesan yang di tulis “ TPTsampun peragat pak, kari jembatane “ kata Zainal dalam bahasa Banten yang artinya “TPT sudah selesai, tinggal jembatannya pak”,

[caption id="attachment_354795" align="aligncenter" width="300" caption="Pembangunan TPT, Swadaya warga dan bantuan lainnya. "]

14258836941521030819
14258836941521030819
[/caption]

Belum sempat saya membalas Zainal, tiba tiba HP berdering, saya lihat Pak RT di lingkungan kegiatan yang ngontak, Setelah saya angkat, terdengar suara, “Assalamualaum Kang,Meriki sih Kang, lagi rame neng lokasi niki, pedamelan ayun pragat, pengen ngobrol kelanjutane pripun”, (Assalamualaikum Kang, Kesini sih, lagi ramai di lokasi (pekerjaan) nih, pekerjaan mau selesai, ingin ngobrol (musyawarah) soal kelanjutannya), demikian kata jazuli, RT yang masih muda ini. RT minta ke saya untuk datang karena saat ini saya sudah tidak tingga di kampung itu lagi, tapi kegiatan apapun yg dilaksanakan, saya selalu diminta untuk memberikan advis dan partisipasinya.

Tak lama kemudian, sayapun datang ke lokasi, disambut oleh anak anak muda yang lagi angkut angkut pasir, batu, semen dan adukan. Sudah menjadi kebiasaan, ada saja yang salaman sambilbergurau tapi mengharap “ Rokok kang”, katanya. Ya dengan senang hati keluar kocek, sekedar untuk beli rokok dan ale ale.

Saat ngobrol dengan Zaenal Fatah dan H. Hatta membicarakan langkah selanjutnya, datangH. Harun, pemilik tanah sebelah lokasi pembuatan TPT. H Harundiberi tahu bahwa tanahnya + lebar 1 meter panjang 3 meter harus di papras untuk jalan airdan sebuah pohon besar miliknya harus di tebang. H. Harun hanya senyum saja. Tak sabar menunggu jawaban, Zaenal nyletuk “ Jadi enaknya gimana kang haji”, kata Zaenal. Lagi lagi H Harun tersenyum, tapi kemudian berkata “ Ya silahkan saja kalau untuk kepentingan orang banyak”. Subhanallah, itulah jawaban orang kampung mengartikan Persatuan Indonesia. Bukan hanya itu, H, Harunpun masih menambahkan “ambil saja semen 5 sak di kang H Ramin, nanti saya yang bayar”, katanya.

Kegiatan ini salah satu bagian dari rencana dan prakarsa masyarakat Kampung Gerem Kulon untuk membangun Jalan tembus yang menghubungkan Jl. Gerem wilayah Kelurahan Gerem dengan Jl. Cidangdang Wilayah Kelurahan Rawa-Arum. Jika jalan ini terwujud, maka manfaatnya akan berlipat ganda, sebab akan memudahkan mobilitas warga sehingga akan meningkatkan akses ekonomi maupun social di dua wilayah tersebut.

Untuk mewujudkan jalan tersebut, ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan Pertama; Harus membangun TPT dari ujung Jalan Gerem hingga sungai. Kedua; harus membangun jembatan. Ketiga ; Harus membebaskan tanah milik beberapa warga sepanjang 550 m dengan lebar 4 m.

Kegiatan Pertama, sedang berjalan dan hampir selesai, TPT sepaanjang 75 meter dibangun dengan Anggaran + Rp. 185.000.000 hasil swadaya dan sumbangan pihak lain.TPT ini guna menahan beban jalan dengan lebar 4 m memanfaatkan tanah fasos masyarakat (area kuburan). Star pertama kegiatan dilaksanakan dengan gotong royong bersama, laki-laki, perempuan, yang muda, yang tua tanpa kecuali. Sedangkan untuk kelanjutannya di gilir dan di jadwal berdasarkan jumlah warga.

[caption id="attachment_354807" align="aligncenter" width="300" caption="Tua, Muda, Laki, perempuan menyatu gotong dan royong bersama sama."]

1425884279868909876
1425884279868909876
[/caption]

Ketika star pertama kegiatan, Walikota Cilegon Dr. Tb Iman Aryadi berkenan menyaksikan kegiatan ini setelah di minta untuk hadir. Kehadiran Walikota yang terkenal dekat dengan warga inipun disambut antusias warga. Tanpa diminta, Walikota secara pribadi ikut partisipasi dengan merogoh koceknya sebesar Rp.10,000. 000. Saat diminta sambutan, Walikota bilang, ngga usah ada sambutan, karena ini gotong royong, tapi warga tetap maksa hingga Walikota ahirnya nyambut juga.

Dalam sambutan itu Walikota bilang bahwa sehubungan dengan kegiatannya terkesan mendadak, maka sumbangannya atas nama pribadi, sebab tidak mungkin melalui dana APBD karena APBD sudah di ketuk palu. “Nanti kalau kegiatan lain, diusulkan melalui Anggaran Perubahan, Saya siap memasukkan pembangunan jembatan dibiayai APBD Perubahan” kata walikota disambut tepuk tangan warga.

[caption id="attachment_354809" align="aligncenter" width="300" caption="Walikota Cilegon Dr. Tb. Iman Aryadi, di daulat meletakkan batu yang pertama"]

14258844181959381113
14258844181959381113
[/caption]

Adapun kegiatan Kedua akan dilaksanakan sesuai dengan tahapan pembangunan Kota Cilegon mengingat akan dibiayai APBD-P Kota Cilegon sesuai dengan kesanggupan Walikota Tb. Iman Aryadi.

Sementara, kegiatan Ketiga; Awalnya kegiatan ini yang dianggap paling berat, sebab harus melibatkan skitar tiga puluhan warga pemilik tanah. Andai saja pemilik tanah minta ganti rugi, dari mana dananya, sebab harus membebaskan tanah sepanjang 550 m x 4m.

Maka suatu malam di undanglah tokoh tokoh masyarakat termasuk yang tinggal diluar tapi berasal dari Kampung Gerem Kulon seperti H. Mahmudin SH (Kepala BKD Kota Cilegon) dan saya. Dalam musyawarah tersebut, di cari solusi dan alternatif pemetaan, yakni mencari lokasi yang pemilik tanahnya di prediksi tidak sulit untuk diajak bicara. Setelah pemetaan selesai, pemilik tanah di undang untuk di berikan pemahaman pentingnya pembuatan jalan dan manfaat yang akan dicapai setelah jalan selesai. Dan Alhamdulillah, pemilik tanah, tak satupun yang minta ganti rugi, mereka mendeklarasikan keihlasan demi terwujudnya pembangunan jalan. Jadi secara prinsipil, persoalan lahan sudah tanpa masalah. ‘

Belajar dari aksi masyarakat ini, ahirnya saya berkesimpulan bahwa untuk membangun suatu daerah, Tidak akan selesai di seminar atau diskusi, tapi harus ada aksi dan karya nyata, harus ada sinergi antara warga dan pemerintah. Warga hendaknya tetap berpegang teguh pada prinsip gotong royong dan berani berkorban. Artinya tidak harus mencaci maki pemerintah soal fasilitas dan pembangunan infra struktur demi untuk kepentingan bersama. Sebaliknya pemerintah juga jangan tinggal diam melihat adanya prakrsa warga yang berniat membangun daerahnya. Semuanya adalah untuk Baldatun Thoyyibatun warobbun Ghofur.

Salam untuk warga Gerem Kulon,Kelurahan Gerem Kota Cilegon-Banten. Jangan berhenti begotong royong untuk mewujudkan Persatuan Indonesia dan Jangan lupa untuk "bersatu" membangun daerah. Hidup Perindo di Kampung saya……!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun