Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyambut Rapimnas Golkar: ARB Telah Bunuh Diri

17 Mei 2014   21:44 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:25 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Lebih cepat lebih baik”, barangkalijargon yang dikeluarkan JK beberapa tahun lalu saat menjabat Ketua Golkar, berlaku bagi kepemimpinan Golkar saat ini. Pasca Pileg April lalu, Golkar menempati posisi nomor dua dalam perolehan suara nasional. Sayangnya, perolehan suarapada Pileg 2014 ini, tak satupun partai yang memenuhi syarat perolehan suara untuk Pencalonan Pilpres. Maka dari itu untuk mencalonkan Presiden, parpol harus berkoalisi.

Begitu cepatnya pusaran politik dalam rangka pencapresan ini, parpolpun sibuk mengadakan silaturrahmi menjajagi kemungkinan berkoalisi, apalagi parpol yang sudah menetapkan capres sebelum Pileg. Hanya PDIP dan Gerindra yang merasa pede untuk memantapkan diri melaju dengan menggandeng (bergandeng) dengan parpol lain. Blok PDIP seperti PKB dan Nasdem sepakat Capresnya adalah dari PDIP yakni Jokowi. Sementara Gerindra melaju dengan menggandeng PAN kemungkinan PPP dan PKS dengan mengusung Capres Gerindra yakni Prabowo. Kedua Blok koalisi ini hingga sekarang belum juga menyepakati siapa dan dari parpol apa yang bakal di tandemkan sebagai cawapresnya.

Menjadi pertanyaan besar, parpol sebesar Golkarterseok-seok dalam menentukan arah koalisi, mengapa Golkar tidak memakai jargon JK “lebih cepat lebij baik”. Nampak sekali di tubuh Golkar terjadi kegamangan, pengennya ARB tetap sebagai capres sebagaimana sudah diputuskan Golkar, apa daya ARB tidak “laku” untuk di jual. Bahkan untuk bergabung ke blok PDIP saja di tolak PKB.

Andai saja Golkar mendengarkan apa kata tokoh Golkar seperti Akbar Tanjung dan Suhardiman yang menginginkan pencalonan ARB di tinjau kembali lantaran elektabiltas ARB tidak mumpuni untuk dipaksakan nyapres, mungkin kejadiannya tidak seperti sekarang. Posisi Golkar saat ini, sangat sulit, maju kena mundur kena. Ini akibat lambatnya Golkar mengambil keputusan arah koalisi dan cenderung memaksakan kehendak agar ARB tetap jadi capres.

Jika saja Golkar dari awal memutuskan untuk bergabung ke PDIP atau ke Gerindra, saya yakin kedua blok koalisi ini akan menerima dengan lapang dada. syaratnya ARB legowo melepaskan “keinginan” nyapres, bahkan cawaprespun tidak usah. Solusinya Golkar bisa saja menawarkan tokoh Golkar lain sepertiJK, MS Hidayat, Priyo Budi S atau lainnya untuk posisi Cawapres. Toh Capres seperti Jokowi dan Probowo sudah datang untuk menjajagi kemungkinan koalisi.

Seharusnya ARB dan gengnya seperti Idrus Marham (yang pernah mengatakan ARB "harga mati"), Nurul Arifin, Ade Komarudin dan lainnya menyadari betul bahwa memaksakan kehendak ARB nyapres dalam Pilpres 2014 ini, sama saja dengan bunuh bunuh diri. Mengapa..?, disamping elektabilitas ARB yang jeblok, banyak simpatisan bahkan kader di bawah yangtidak mendukung, bahkan ada yang terang-terangan pamit tidak mendukung Golkar jika Golkar tetap memaksakan ARB nyapres.

Nah dalam situasi kegalauan simpatisan dan kader di bawah, tiba-tiba muncul berita tentang adanya poros baru dalam pencapresan, poros itu tak lain Golkar-demokrat dengan tandem ARB- Pramono Edhi, buaccch……., seorang kader Golkar di daerah membanting gelas saat membaca berita di salah satu Media on-line. Ketika saya tanya, “kenapa anda membanting gelas”. Jawabnya enteng, “ARB telah bunuh diri”.

Semoga tulisan ini di baca oleh Peserta Rapimnas Golkar tempat berkumpulnya orang orang pilihan di Golkar, semoga pula Rapimnas tidak menghasilkan keputusan yang salah untuk kedua kalinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun