[caption caption="Persaudaraan, Persahabatan dan Kebersamaan, Illustrasi, foto, www.tubasmedia .com"][/caption]
’Menulislah selama masih punya ingatan’’ Itulah kata kata dari senior saya AE Priyono, saat memberikan materi pada Pendidikan Pers Mahasiwa saat saya masih Mahasiswa di Univ.Islam Indonesia (UII) Yogyakarta . AE Priyono saat itu adalah tokoh Pers Mahasiswa UII bersama sama dengan Mahfud MD (saat ini—mantan Ketua MK) yang mengelola Majalah Mahasiwa UII ‘’MUHIBBAH’’ yang di bredel rezim Orde Baru.
Dalam pendidikan Pers, mahasiswa di godok untuk menjadi wartawan kampus. Disini diberikan materi tentang Penulisan Berita, Teknik menulis Future, Teknik Menulis Ilmiah, Resensi Buku. Satu yang tidak di ajarkan adalah bagaimana menulis fiksi.
Lulus Pendidikan Pers, terlibat di Majalah Mahasiswa Fak.Hukum UII ‘’KEADILAN’’ -- meskipun tidak telalu aktif - bersama sama dengan Suparman Marzuki ( kini komisioner dan mantan ketua Komisi Yudisial), Salman Luthan (sekarang Hakim Agung), Ifdhal Kasim (Mantan Ketua Komnas HAM), Hamid Basyaib (Kolumnis mantan Pemred Ulumul Quran’an) dan lainnya.
Diluar aktifitas Pers Kampus, saya menjadi reporter Mingguan ‘’Eksponen’’ Yogya asuhan Muhtar Effendi Harahap dan Kamal Firdaus. Sesekali menjadi Kolumnis kelas Mahasiswa di Harian Kedaulatan Rakyat dan Harian Masa Kini Yogya.
Kata kata AE Priyono yang beberapa waktu lalu menjadi Direktur Eksekutif LP3ES sebagaimana saya jadikan lead tulisan ini, bisa jadi merupakan titik awal penyemangat dan pembelajaran. Menulis ahirnya menjadi sesuatu yang tidak bisa saya tinggalkan meskipun punya kesibukan lain.
Disela kesibukan dan tugas utama, saya tetap menulis. Koran lokal Harian Banten, Kabar Banten, Radar Banten, Banter Raya Pos, Banten Pos, menjadi langganan saya untuk mengeluarkan ide ide konstruktif baik masalah hukum, politik dan sosial yang saya tuangkan dalam sebuah artikel.
Sebaliknya, sayapun sering dijadikan sebagai objek sumber berita lokal terkait dengan masalah sosial kemanyarakatan dan lain sebagainya, istilahnya dari yang sajadah hingga yang haram jadah
Menulislah selama masih punya ingatan seperti di katakan AE Priyono punya makna amat penting. Selama kita masih punya ingatan, jika mampu menulis, tulislah. Tulislah apa yang ada dalam ingatan, jika nanti ingatan kita sudah berkurang, apalagi sudah tidak punya ingatan, maka akan sulit untuk menulis.
Hingga suatu saat, saya menemukan media yang mempersilahkan para penulis tanpa sekat, meng-ekspresikan tulisan dengan bebas, tanpa sensor, kecuali dalam hal tertentu tidak sesuai dengan aturan main.
Media itu adalah Kompasiana. Saya menulis disini, tak pernah berpikir, tulisan saya dibaca orang atau tidak, bagus atau tidak, yang penting ketika ada ide, ada ingatan, ada inspirasi, maka saya tulis. Awalnya materi tulisan saya terbatas pada kajian kajian, future maupun humor.