Kontestasi Pilgub DKI 2017 usai sudah, hasilnya tidak seperti sumpah si Poltak Raja Minyak Ruhut Sitompul yang menyatakan Pilgub DKI akan berlangsung satu putaran dengan kemenangan Ahok, bahkan si Poltakpun sesumbar jika Pilgub DKI berlangasung dua putaran berani telinganya di potong.
Perolehan suara berdasarkan perhitungan cepat dari beberapa Lembaga Survei sudah sama sama kita ketahui, kalau boleh dikatakan Ahok Jarot rangking satu, Anis Sandi Rangking dua dan Agus-Silvi rangking tiga. Antara Ahok dan Anis hanya beda tipis, sementara suara Agus-Silvi sangat Jeblok karena tidak bisa menembus angka 20%.
Lantaran tidak satupun paslon yang bisa memperoleh lebih 50% suara, maka sudah dapat dipastikan, Pilkada DKI berlangsung dua putaran yang mempertandingkan dua paslon yakni Ahok-Jarot dan Anis-Sandi, sementara Agus-Silvi masuk kotak dan sudah mengibarkan bendera putih tanda mengaku kalah.
Kekalahan Agus dalam Pikada DKI ini, dalam kacamata saya tidak serta merta mematikan karir politik Agus, justru kakalah Agus ini adalah kemenangan SBY. Saya punya alasan terhadap kacamata saya diatas, SBY tidak akan mempersoalkan apakah Agus kalah atau menang, ini semata mata strategi jitu SBY untuk meng-Indonesiakan Agus demi ambisi politik Demokrat (saya tidak menyebut ambisi politik clan SBY) ke depan.
Tidak bisa dinafikkan bahwa pencalonan Agus dalam pilkada DKI ini hanyalah sebagai strategi membuka jalan menuju 2019, melalui Pilkada DKI ini, nama Agus sudah mulai meng-Indonesia, popularitas Agus sudah mulai menanjak bukan hanya di tanah Betawi, hampir seluruh rakyat Indonesia, sudah mulai mengenalnya.
Maka dari itu, bisa jadi setelah Pilkada DKI ini atau menjelang kontestasi 2019, Agus akan diserahi tugas menjadi Nakhoda Partai Demokrat, dan saya yakin kader-kader Demokrat tidak akan ada yang kuasa untuk menolak. Tujuannya untuk mematangkan gaya kepemimpinan politik Agus yang masih kental dengan kemeliteran
Jika Agus  didorong untuk terjun ke politik melalui jalur militer, akan membutuhkan waktu yang lama lantaran harus menunggu jenjang kemiliteran yang terstruktur, berapa lama Agus menunggu untuk sampai ketingkat Jendral hingga ia punya pengaruh dalam dunia politik.
Hal lain yang menjadi pertimbangan SBY adalah soal hubungannya dengan rezim penguasa saat ini. Siapapun sudah mafhum betul bahwa hubungan antara SBY dan Rezim sekarang dianggap kurang harmonis. Indikasi atas anggapan tersebut sering dipertontonkan ke publik melalui sinyalemen-sinyalemen SBY baik melalui Media Sosial maupun media mainstream yang bernada keluhan, bahkan belum pernah sekalipun Presiden Joko Widodo bertemu resmi dengan SBY untuk membahas masalah masalah ke Indonesiaan, Jokowi lebih cenderung untuk mendekati Prabowo Subiyanto dalam membahas masalah masalah kebangsaan. Oleh karena itu sulit rasanya karir Agus bisa cemerlang di dunia militer.
Jika ada yang beranggapan bahwa SBY telah mengambil langkah yang keliru dengan keputusan mencalonkan Agus dalam Pilkada DKI dan keluar dari jalur militer, maka saya mengatakan sebaliknya. Dalam konteks keberlangsungan politik Partai Demokrat kedepan, SBY sudah lebih maju selangkah kedepan, sebab kehadiran Agus dalam jajaran elit Partai Demokrat, telah menambah pengaruh trah SBY dalam Partai Demokrat itu sendiri. Â Â
Ayunan SBY terhadap Agus sangat tepat, usia Agus masih sangat muda, saya yakin, 2019 adalah sasaran antara untuk karir politik Agus ditingkat nasional, sasaran utamanya adalah 2024, dan disitulah SBY berkeyakinan akan kemenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H