Kemarin (7/12), adalah hari pembuktian bahwa saya dan berjuta juta rakyat sangat mencintai Indonesia, dus karena saking cintanya, rapat SATGAS PON REMAJA 2 KONI BANTEN membahas pembatalan PON Remaja oleh MENPORA -RI, saya minta untuk dipercepat, toh ujungnya tetap saja kita tidak bisa melawan karena adanya hegemoni Menteri terhadap dunia olah raga di Indonesia yang kita cintai bersama ini.
Rapat ahirnya berkesudahan setelah hape saya berdering, diujung sana ajudan Walikota Cilegon Banten minta ke saya agar segera meluncur ke Cilegon untuk nonton bareng aksi –bukan parade—semi final timnas Indonesia melawan Vietnam dalam ajang AFF yang berlangsung di Hanoi Vietnam.
Menjelang magrib, saya meluncur dari markas KONI Banten di Serang menuju Cilegon. Yang namanya pertandingan sepak bola, kadang memang menelan korban, tidak jarang terjadi, orang yang sedang nonton pertandingan, karena jantungan, ahirnya dibawa ke rumah sakit akibat tidak kuat menahan dag dig dug der. Begitu juga di markas nobar kali ini, belum lagi pertandingan dimulai,  sudah ada korban yang jatuh dan tergeletak bersimbah darah dikerumuni oleh beberapa pemuda yang akan nobar. Anehnya diantara pemuda itu tak ada seorapun yang berniat menolong atau berusaha untuk membawanya ke rumah sakit atau puskesmas,  malah sebaliknya mereka  dengan membawa pisau dan bambu yang sudah di rubah menjadi batang kecil kecil, berebut  memutilasi  untuk dibakar atau disate dan di jadikan sop. Korban itu tak lain adalah seekor kambing dikorbankan Walikota untuk santapan jasmani di acara tersebut.
Ya siapa yang tidak tegang, sepanjang babak pertama, Indonesia di bombardir oleh peluru ketajaman pemain Vietnam, seolah pemain Indonesia bingung mau apa, mau nendang kemana karena saking agresifnya pemain Vietnam. Indonesia diserang tujuh hari tujuh malam oleh pemain Vietnam baik melalui kemampuan individu maupun kerjasama tim yang terstruktur. Masih untung kita punya penjaga gawang tangguh Kurnia Meige yang bermain gemilang menghalau atau menangkap tendangan tendangan terarah pemain Vietnam.
Sesekali memang Indonesia menerobos pertahanan lawan, tapi patah di barisan pertahanan. Di babak pertama ini pola permainan Timnas sama sekali tidak berkembang, Boas terpaksa bekerja sendiri didepan walaupun kadang ada pasokan dari Andik Firmansah atau Liy Pali. Kesempatan Indonesia untuk menerobos masuk jantung pertahanan Vietnam, hanya melalui serangan balik, dan ada juga peluang Emas tambah Intan Permata, tapi kesempatan itu tidak bisa dimanfaatkan maksimal oleh Liy Pali maupun Boas. Ahirnya hingga peluit panjang babak pertama keadaan tetap kosong kosong.
Ya siapapun yang menonton pertandingan ini, akan merasakan ketegangan yang luar biasa, apalagi sudah waktunya makan malam. Untuk soal ini, Walikota Cilegon paling tau, makanya ia korbankan dan relakan seekor kambing dipotong disate dan di sop. Saat jeda 15 menit menunggu babak kedua, sate kambing dan sop kambing di keluarkan untuk disantap rame rame puluhan pemuda yang nobar, judulnya makan malam.
Lima belas menit, sudah cukup untuk melahap makan malam ditambah Isis,, rokok sebatang, Pluit terdengar tanda babak kedua dimulai, kembali bersorak. Di saat Indonesia menyerang jantung pertahanan lawan, teriakan Allahu Akbar….. Allahu Akbar terus menggema dari peserta nobar, tiba giliran boas menerima bola, dribel sebentar,,, angkat bola lambung ke depan gawang, blunder, bola tidak bisa ditangkap penjaga gawang Vitetnam, lantas membentur tiang gawang, bola bergulir masih digaris gawa berusaha diselamatkan pemain Vietnam yang namanya kedengarannya dang ding dong alias Tran Dink Dong, sementara dengan secepat kilat Liy Pali yang berada di depan gawang, mencocor bola , Allahu Akbaaaaaar, Gooooooool.
Semua yang nobar berjingkrak, termasuk Walikota Cilegon –apalagi saya tentunya--. Timnas unggul 1-0. Kamasukan 1 gol, pemain Vietnam tidak patah arang, bahkan cenderung banyak pelanggaran dilakukan, namun wasit dari China nampaknya banyak merugikan pemain timnas. Dikala waktu, tepatnya menit ke-76. penjaga gawang Nguyen Manh diusir wasit karena melakukan pelanggaran terhadap Bayu Pradana saat duel merebut bola.
Keluarnya Kiper Nguyen, tak bisa diganti lantaran stok pergantian sudah habis. Seharusnya Timnas bisa mengambil momen ini untuk membombardir pertahanan Vietnam, karena Vietnam hanya dengan 10 pemain, namun sebaliknya Vietnam seperti kesetanan, bergerak meliuk liuk, menyerang dan bertahan layaknya pasukan Vietkong, merobek robek jantung pertahanan Indonesia, hingga ahirnya dengan tendangan yang terarah tanpa penjagaan, Vu Van Tanh berhasil merobek jala Kurnia Meiga memanfaatkan umpan tendangan bebas, 1-1 kedudukan.