Silahkan baca Bag.1 di sini.
Pak Darma, Pedagang minuman di Pantai Balongan, Setelah kiosnya di robohkan, ia lantas membangun gubug (darurat) kembali untuk tetap berjualan di bibir pantai. Namun, lagi lagi pihak pemerintah meminta agar gubugnya dibongkar kembali, tak ada daya, Pak Darmapun ‘’manut’’ merobohkan gubugnya.
‘’Nanti dibuatkan oleh pemerintah’’, kata Pak Darma menirukan ucapan pejabat pemerintah kala itu.
Ketika pemerintah kemudian membangun 2 Los Kios, pak Darma kemudian menempati 2 petak los. Panjang Los Kios itu masing masing panjang kurang lebih 24 meter. Tiap petak kios luasnya 2,5 x7 meter.
‘’Awalnya sih cuma 2,5x3 meter’’, kata Pak Darma.
‘’Karena terlalu sempit ahirnya para pedagang masing masing menambah atap depan dengan asbes sebagai teras untuk ditempati meja kursi para pembeli ’’, tambah Pak Darma.
“Kok sekarang jadi rangka baja”, tanya saya
‘’ Ya, setelah para pejabat datang kesini, rupanya tidak berkenan, maka anak buahnya diperintahkan untuk membangun teras ini dengan rangka baja ringan’’. Jawab Pak Darma.
“Bangunan ini baru selesai tiga hari menjelang pelaksanaan lomba’’, tambah Pak Darma meyakinkan seraya menunjuk atap bangunan tambahan sebagai teras.
Para pedagangpun senang bisa menempati tempat yang representatif, tidak kumuh, walaupun lantainya masih berupa tanah. Tapi masih ada yang mengganjal pada diri Pak Darma, yakni soal biaya, apakah para pedagang bisa menempati secara gratis usai geleran PON usai.
‘’Saya sih berharap tidak dipungut biaya, ya hitung hitung sebagai pengganti kios saya yang dibongkar’’, ujar pak Darma “.