Resiko punya tempat tinggal dikelilingi pabrik, selain gangguan suara akibat aktifitas projek, juga terdapat gangguan lingkungan baik lingkungan hidup seperti pencemaran udara, banjir maupun lingkungan social. Namun yang paling mencekam justru gangguan psicologys.
Tempat tinggal saya, keberadaannya memang nyempil di tengah area salah satu Pabrik kimia terbesar di wilayah saya. Secara geografis, lingkungan saya yang masuk dalam adiministrasi Kelurahan Gerem Kecamatan Grogol, Cilegon Banten, Â sekitar 75% nya berdiri dan berjejer Industri Kimia termasuk Depot Bahan Bakar Minyak (BBM) milik Pertamina.
Sepanjang pantai, yang membentang dari pantai Lelean hingga Merak Beac Hotel, sudah di kuasai Industri. Sementara Pelabuhan Industri (Jety) juga berjejer menjorok ke tengah laut. Secara umum keberadaannya berpengaruh terhadap aktifitas nelayan lantaran tidak diperkenankan berada di dekat  area Jety.
Posisi tempat tinggal saya, hanya kurang lebih 1 km dari bibir pantai, hanya terhalang salah satu Pabrik. Pantai di Kelurahan Gerem ini  berada di Selat Sunda  yang didalamnya bercokol Gunung Anak Krakatau, salah satu gunung paling aktif di dunia.
Dengan melihat posisi geografis seperti itu, hidup rasanya selalu dihinggapi rasa was was. Meski masih dalam bahasa "pengandaian", perasaan was was tetap menghantui  mana kala  ada pengumuman dari BMKG melalui berbagai media tentang cuaca buruk,cuaca ekstrim atau adanya aktifitas yang cukup tinggi dari Gunung Anak Krakatau.
Kehawatiran utama adalah ketakutan "seandainya" Â terjadi --amit amit jangan sampai-- bencana alam seperti tsunami, entah akibat cuaca ekstrim atau letusan Gunung Krakatau, lantas menerjang pabrik yang didalamnya berjejer Tangki tangki raksasa bahan kimia.
Membayangkan tsunaminya saja sudah  takut, apalagi jika terdapat dampak ikutan seperti meledaknya tangki tangki raksasa bahan kimia akibat terjangan tsunami. Tidak bisa dibayangkan tingkat bahayanya, meski tidak seperti di Chernobyl, tapi yang namanya bahan kimia, tetap saja masuk dalam katagori bahan berbahaya lagi beracun.
Tapi mau bagaimana lagi, meskipun selalu was was, ini sudah resiko hidup  punya tempat tinggal di kelilingi pabrik.
Sungguhpun demikian, saya  ingin hidup nyaman, mudah mudahan saja semua keluh kesah ini bisa sampai kepada yang berkepentingan utamanya  pihak perusahaan maupun Pemerintah agar bisa merelokasi warga yang selalu dihantui perasaan was was.
The end.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H