Tidak dapat dipungkiri bahwa setelah Mahfud MD (MMD) mengungkapkan prahara digagalkannya sebagai calon pendamping Jokowi  dalam Pilpres 2019 di ILC beberapa waktu, telah menimbulkan beragam tanggapan dan simpati masyarakat.
Jika memang yang diungkapkan oleh MMD itu adalah fakta yang sebenarnya, maka menjadi sangat wajar jika kemudian masyarakat terperangah dengan digagalkannya MMD dengan cara yang seperti itu.
Saya mengumpamakan bahwa apa yang terjadi dengan MMD itu, bukan hanya sekedar  PHP, tapi betul betul kecelakaan yang berakibat lukanya perasaan orang banyak.  Â
Kecelakaan itu bisa diumpamakan dalam sebuah pertandingan sepak bola, wasit telah menunjuk titik pinalti tanda akan dilaksanakan tendangan pinalti . MMD yang sudah meletakkan bola dititik pinalti dan sudah mengambil ancang ancang akan menendang bola, tiba tiba dibatalkan wasit karena di protes pemain lawan.
Sebagai pemain yang professional, MMD tidak kuasa protes karena dilapangan wasitlah yang berkuasa. MMD boleh saja tidak protes, tetapi  tidak menutup kemungkinan bahwa sesungguhnya MMD sangat kecewa  dan itu sangat manusiawi.
Namun karena ini adalah pertandingan yang disaksikan oleh jutaan penonton, pasti akan membuat kecewa penonton yang mendukung MMD mengingat hanya tinggal selangkah lagi bola akan disarangkan ke tiang gawang.
Memang MMD-nya cuma satu, tetapi penontonnya banyak. Sikap wasit yang menggagalkan tendangan pinalti karena ditekan oleh pemain lawan inilah yang kemudian memicu kekecewaan banyak penonton yang kemudian bereaksi.
Seperti diberitakan RMOL.CO 19/8/2018, di Madura kini muncul gerakan mengharamkan pilih Jokowi. Reaksi seperti ini telah membuktikan kepada kita bahwa prilaku yang membuat orang dipermalukan dengan cara yang demikian telah menyinggung perasaan social.
MMD adalah symbol kebanggaan orang Madura, ketika symbol itu kemudian  dicabik cabik, maka  orang Madura merasa telah dilecehkan hingga kemudian membuat perlawan secara sosial.
Jadi bisa juga diumpamakan sosok MMD ini laksana nyamuk, nyamuknya satu, tapi temannya banyak. Meski nyamuk yang menggigit telah ditepuk hingga tak berkutik, tapi temannya yang banyak tak mau tau, kalau perlu teman temannya ini yang kemudian mengerubuti untuk kemudian  menggigit badan hingga tak kuasa lagi untuk menepuknya satu persatu, satu ditepuk, seratus nyamuk menyerbu.
Konklusinya, Mahfud MD-nya satu, temannya banyak.