Pertama tama, perkenankan saya mengenalkan diri.
Nama saya air hujan, saya turun dari ketinggian yang tidak mungkin bisa dijangkau oleh manusia. Saya punya tugas utama, memberikan kehidupan ummat manusia yang masih hidup di dunia. Dengan turunnya saya, para petani bisa memanfaatkan saya untuk dijadikan sebagai sesuatu yang bermanfaat  bagi tanaman seperti padi, bawang termasuk semua jenis pepohonan.Â
Saya juga diturunkan untuk menopang kehidupan ummat manusia secara umum, dengan adanya saya, sumur  dan waduk yang ada dijagad raya ini tetap terjamin isinya agar ummat manusia bisa hidup gemah ripah.Â
Ahir ahir ini saya jadi bingung, dulu ketika alam ini tidak banyak dirusak manusia, saya sangat akrab dan hidup berdampingan dengan semua yang ada dipermukaan bumi. Ketika saya turun, saya bisa diserap oleh tanah yang penuh  dedaunan karena di gunung masih penuh pepohonan, melalui serapan tanah itu, saya bisa  keluar sebagai sumber air yang secara perlahan saya menyusuri sungai dalam waktu yang lama. Â
Sekarang ini saya jadi kepayahan sendiri lantaran ketika saya turun, saya langsung menuju sungai karena gunung sudah gundul di eksploitasi, sementara sungai yang dulu lebar, sekarang sudah mulai mengecil dan dangkal sehingga jika saya turun dengan curah yang tinggi, sungai tidak lagi mampu menampung saya.
Saya juga bingung  kemana saya harus  berkumpul karena sawah dan tandon tandon alamiah yang dulu menjadi tempat saya istirahat, kini sudah berubah menjadi rumah, Gudang dan Pabrik.
Celakanya, mereka yang bikin rumah atau gudang sama sekali tidak memperhatikan kepentingan orang banyak. Yang dipikirkan hanya kepentingan pribadi, jangankan lahan pribadi, tanah negara tempat saya istirahat agar terserap bumi serta sungai yang biasa saya jadikan lalu lintas-pun diurug.
Pembangunan pabrik apa lagi, dulu saya senang mendengar pembangunan pabrik di Kawasan Krakatau Steel seperti Krakatau posko, akan dibuatkan saluran yang memadai, tetapi ternyata omong kosong. Akibatnya ya tentu saja saya sangat kesulitan untuk mencari arah tepi laut hingga saya berjalan tak karuan menerobos sana sini yang oleh manusia dikatakan "banjir".
Sebetulnya saya ikut terenyuh ketika diadakan hearing di DPRD Cilegon antara masyarakat terkena dampak banjir di Ciwandan Cilegon dengan pihak Industri, ada seorang aktivis di Cilegon, namanya Cak Mul mengungkapkan bahwa banjir itu menyengsarakan, barang barang elektronik seperti Kulkas, Tivi tiba tiba meledog alias meledak.
Saya tidak punya niat sedikitpun untuk  menyengsarakan masyarakat, tetapi bagaimana lagi, saya mencari cari jalan susah ketemu, disebelah sini banyak saluran saya yang dulu besar jadi  kecil, orang yang tinggal dipinggir saluran/sungai berlomba lomba membuat siring dengan merambah tanggul, sudah begitu  banyak sampah hingga  mampet, sementara di area yang lain juga sama, gorong gorong dan drenase banyak yang tidak berfungsi lantaran tidak dipelihara dengan baik.Â