Kemarin, saya berkesempatan mengunjungi salah satu pasar tradisional di Cilegon, tempat tinggal saya. Pasar ini terkenal dengan nama Pasar Kelapa, baru saja selesai di renovasi oleh Pemkot Cilegon.
Nama Pasar Kelapa memang sudah melekat untuk masyarakat Cilegon, itu semata mata karena factor kesejarahan. Dulunya pasar ini memang dihususkan untuk menampung para pedagang yang menjual hasil bumi atau buah-buahan hasil dari para petani di Cilegon, namun seiring dengan pesatnya perkembangan Cilegon baik dari factor penduduk maupun factor tempat usaha, pasar ini ahirnya menjadi pasar yang menjual berbagai kebutuhan masyarakat Cilegon, karena kondisinya sudah tak layak, pemkot Cilegon merenovasi menjadi pasar yang layak dan apik.
Beberapa kios berjejer di deretan depan melingkar menyerupai huruf O, sementara ditengah berderet deret lapak pedagang yang menjual bahan atau kebutuhan rumah tangga seperti pedagang sayuran, kelontong bercampur baur dengan pedagang pakaian.
Sementara diantara lapak lapak, utamanya disisi jalan dalam pasar itu, nampak pula mbok mbok atau ibu yang tidak mampu untuk membayar lapak, menggelar dagangan hanya dengan bakul atau tampah yang isinya makanan kampung/tradisional Cilegon.
“Nong di tuku Kontol Sapine nong (mas dibeli Kontol Sapinya mas)”, kata salah satu si-mbok menawarkan kepada saya.
Sayapun melirik si mbok yang sedang menghadapi dagangan dengan menggunakan tampah, isinya lepet, kue cucur dan yang tadi ditawarkan, KONTOL SAPI.
Sejatinya, kue ini tidak ada hubungannya dengan SAPI, apalagi dengan ANUnya Sapi, kue ini murni makanan tradisional yang bahan bakunya dibuat dari beras ketan dan kelapa, setelah dijadikan adonan, lantas digoreng dan dilumuri cairan gula pasir hingga kemudian mengental dan kering. Sebetulnya ada satu lagi kue yang namanya agak nyerempet nyerempet, namnaya kue SESILIT, tapi saya tanya ke si mboknya, katanya sudah lama kue itu tidak ada yang bikin.
Karena sudah berpuluh puluh tahun saya tak menikmati kue KONTOL SAPI ini, saya ahirnya tertarik untuk membelinya, tak tanggung tanggung saya mengambil 40 biji kue KONTOL SAPI dan membayarnya hanya dengan dua puluh rebu perak, bukan hanya untuk saya sendiri, tapi sekalian untuk teman ngopi tukang bangunan yang sedang mengerjakan gubuk saya. Jadilah rame rame menikmati kue KONTOL SAPI yang alamaaaak rasanya sungguh nuikmat.
Mau Kontol Sapi?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H