Jujur saya masih meragukan persoalan Kota Tangerang dan Kota Serang. Betul di Kota Tangerang ada Arief R. sebagai walikota yang dulu ikut dengan Wahidin Halim, atau boleh dikatakan Arief R adalah murid WH, namun jika menoleh ke belakang saat Pilkada 2014 lalu, secara tidak langsung Wahidin Halim adalah rival Arief R, saat itu Arief R. berseteru dengan Abdul Syukur  adik Wahidin Halim dalam pencalonan Walikota Tangerang.
Jika Arief betul membela Wahidin Halim, ini sungguh luar biasa, artinya Arief R sudah menjadi negarawan dalam menyikapi politik. Tapi kalaupun Arief R kemudian tidak membela Wahidin, sayapun bisa memahami mengingat latar belakang kesejarahan tadi, sehingga  Arief kemungkinan akan mengambil  sikap politiknya sendiri.
Adapun soal Haerul Jaman,  inipun masih tanda tanya. Ada beberapa hal yang menurut saya Haerul Jaman tidak akan all out, yakni adanya persaingan politik dalam keluarga H.Tb.CHasan Sohib utamanya antara Haerul Jaman dan Andika Hazrumi -- yang dibelakangnya ada Tb.Cheri Wardana dan Ibunya sendiri yakni Rt. Atut Chosyiah --- dalam kontestasi Pilgub dimana dua duanya menginginkan maju sebagai calon baik Gubernur maupun Wakil gubernur,  dua duanya juga saling ngotot untuk tidak mau mengalah. Pemecatan CHaerul Jaman sebagai Plt Ketua DPD II Golkar Kota Serang menjelang pelaksanaan Munaslub Golkar –apapun alasannya-- beberapa bulan lalu menurut hemat saya justru menjadi  pemicu lanjutan tentang meruncingnya konflik keluarga.
Satu hal lagi yang perlu menjadi catatan adalah soal Rekomendasi Partai Golkar terkait dukungan terhadap pasangan WH-AA. Jika surat Rekomendasi itu betul ditanda tangani oleh Nurdin Halid sebagaimana telah tersebar  di Media Sosial, maka sudah dapat dipastikan tidak akan bisa dijadikan sebagai persyaratan pendaftaran ke KPU mengingat yang menandatangani bukan Ketua Umum Partai Golkar yakni Setya Novanto sebagaimana yang disyaratkan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian, koalisi yang sudah dibangun antara Demokrat, Golkar, bubrah ditengah jalan. Jika Demokrat,PKS,Hanura dan PAN tetap solid berkoalisi dan  tetap mencalonkan WH-AA sementara AA tidak mau mundur dari pencalonan dalam tubuh koalisi diatas,  maka pasangan WH-AA tetap melaju hingga ke KPU. Sampai pada titik ini, kontestasi Pilgub Banten akan sangat menarik karena jika kemudian PDIP-Golkar   -- dan ada kemungkinan partai lain bergabung untuk koalisi -- lantas mencalonkan Rano-Andika, berarti ada dua pasangan Calon dari jalur partai politik yakni Wahidin-Andika dan Rano-Andika. Â
Peta politik akan menjadi lain jika Andika mundur dari gerbong koalisi WH, sebab dengan sendirinya Wahidin akan terbirit birit mencari pasangan baru. Jadi menurut saya, Koaliasi Partai dan pendukungan terhadap pasangan WH-AA termasuk juga peta kekuatan politiknya, hingga saat ini masih merupakan teka teki yang masih menjadi pertanyaan  rakyat Banten. Tekateki itu akan terjawab jika sudah mendaftar ke KPU.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI