Bisa jadi antara peserta yang jumlahnya kurang dari enam ratus orang dengan peninjau resmi berdasarkan AD/ART atau yang tidak resmi serta Panitia yang resmi dan yang tidak resmi jumlah seimbang. Diluar Gedung berjibun kader kader penggembira yang tidak punya ID Card, waktunya makan tinggal makan. Disini ada yang Luar biasa dan ada yang biasa diluar.
Delapan Calon Ketua, bersaing untuk menjadi Nakhoda Golkar. Beradu visi dan misi dalam kampanye yang dibagi perzona. Beradu argumentasi dalam Debat yang disiarkan langsung salah satu televisi swasta. Para pendukung yang tidak punya hak suara pun ramai ramai menunjukkan identitas diri dengan tulisan di uniform masing masing dengan menyebutkan nama sang Calon Ketua.Â
Tiap Calon datang atau keluar arena, maka secara serentak para pendukung akan mengawalnya sambil meneriakkan yel yel tertentu. Situasi seperti ini, menggambarkan betapa serunya kontestasi dan persaingan dalam memperebutkan Nakhoda Golkar. Luar biasa.
Dalam konteks kepentingan, persaingan dan kontestasi, penundaan yang berlangsung berjam-jam ini, segala sesuatu bisa terjadi, bahkan hal apa yang tidak akan terjadi, banyak peserta bergerombol di sudut sudut ruangan, ada yang sesama peserta, ada juga antara peserta dengan tim sukses,toiletpun jadi tempat yang aman untuk membisikkan sesuatu. Â Luar biasa pemandangan di kala jeda ini.
Pemilihan Ketua dimulai pada sekitar jam tiga dinihari, selesai pencoblosan saat adzan subuh. Pimpinan Sidang menunda penghitungan suara, memberikan kesempatan peserta untuk sholat subuh. Menjelang Fajar menyingsing, perhitungan dimulai, selesai saat matahari menampakkan sinarnya di ufuk barat.Â
Hasilnya Setya Novanto mendapat 277 suara.Ade Komarudin 173 suara. Berturut turut Aziz Syamsuddin meraih 48 suara, Syahrul Yasin Limpo mendapat 27 suara, Airlangga Hartarto 14 suara, Mahyudin 2 suara, Priyo Budi Santoso dan Bambang Utoyo masing masing 1 suara.
Hasil perolehan suara diatas, sungguh diluar dugaan, persaingan yang kelihatan begitu ketat dari masing masing Calon, ternyata hasilnya ‘njomplang’’ alias tidak berbanding lurus dengan hingar bingar dan panasnya suhu politik dalam perhelatan ini, terutama perolehan suara diluar Setyo Novanto dan Ade Komarudin.Â
Dengan hasil yang ‘’njomplang’’ itulah akhirnya Ade Komarudin lebih memilih mundur meskipun memenuhi syarat untuk Pemilihan Tahap kedua. Sebuah keputusan yang sangat rasional, arif lagi bijaksana. Adakah sesuatu dibalik semua ini, hanya Tuhanlah yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang terjadi. Sangat luar biasa.
Lantas apa yang membuat Setyo Novanto menang, saya pastikan bahwa yang membuat Setiyo Novanto menang dalam Pemilihan ini –meminjam istilah Syahrini-- adalah ‘’sesuatu’’ yang tidak bisa dilihat oleh orang lain karena pemilihannya memang tertutup.Â