Alamaaaaaaaaak
Sssst,,,, jangan berisik, ini soal rahasia, mulanya tidak akan saya posting disini, hawatir jadi gaduh berkepanjangan. Namun ahirnya saya nekad juga untuk mengumumkan kepada umum tentang satu hal yang amat sangat biasa bikin geger, apa itu, ya apalagi kalau bukan soal cinta, terlebih lagi soal ini menimpa pada Thamrin Sonata, Kompasianer yang sukanya ‘’menyunting’’, dan saat ini kesandung cinta pada Gadis yang baru berumur 17 Tahun, bayangkan….
Semua pasti sepakat, bahwa soal cinta, kadang bikin orang jadi terkenal, tapi bisa juga bIkin orang terpuruk sampai ke titik nadir paling rendah. Orang tua saya dulu pernah bilang, bahwa jika orang sudah jatuh cinta, maka untuk mendapatkannya akan ditempuh dengan berbagai cara, jangankan sungai, laut, hujan, panas, pelurupun akan diterjang demi untuk mendapatkannya, dan itupula rupanya yang melanda Thamrin Sonata, Kompasianer yang mirip bintang filem jadul ‘’Farouk Afero’’.
Kisah ini sebetulnya bermula dari Kopdar saya dengan Thamrin Sonata di Rumah Makan milik DR Fauzi Sanusi, Dekan Fakultas Ekonomi Untirta, dalam Kopdar ini hadir juga si empunya resto dan dua sohib saya Agus Rahmat, advokat muda dan Sutisna Abas, tokoh muda di Cilegon dalam rangka membicarakan dan dil dilan penerbitan tulisan saya untuk di bukukan Peniti Media dengan penyuntingnya ‘’Thamrin Sonata’’.Â
Dalam kesempatan Kopdar ini, Thamrin tertarik dengan sebuh pamflet di salah satu dinding Gedung Matahari Lama yang kini dipakai kantor beberapa SKPD Pemkot Cilegon. Pamlet itu sendiri memang memuat gambar ‘’gadis kinyis’’ memakai busana adat, dan bertuliskan ‘’ Cilegon Ethnic Carnival’’ yang akan berlangsung tanggal 30 April. Saat itu memang sengaja saya membawa Pak Thamrin ke tempat ini untuk melihat salah satu ruangan ‘’ Convention Center’’ yang nanti akan digunakan untuk acara ‘’Bedah Buku’’.
Kopdar kedua terjadi pada Jum’at saat Pak Thamrin mengantarkan tumpukan buku saya, kali ini ditemani Kompasianer Isson Khairul, pada Kopdar ini pembicaraan hanya seputar teknis pelaksanaan Bedah Buku. Kedua Kompasianer senior ini saya bawa ke Aula DPRD Cilegon. Kepentingannya adalah untuk melihat fisik ruangan yang akan dijadikan tempat acara berlangsung, awalnya memang akan dilaksanakan di Cilegon Convention Center, namun berdasarkan pertimbangan lahan parkir yang tidak memadai, ahirnya diputuskan di AULA DPRD mawon agar lebih nyaman dan mudah dijangkau dan tidak merepotkan yang bawa montor atau kendaraan roda empat.
Yang lebih gayeng adalah kopdar ketiga, malam hari menjelang pelaksanaan Bedah Buku, saya, Thamrin Sonata, Isson K, Bang Iskandar, Sutisna Abas, Bang Wim Jonk – sahabat Isson K saat kuliah yang saat ini ada di Cilegon serta Pak Budi Fasilitator PNPM sahabat Thamrin Sonata, di salah satu ruangan DPRD Cilegon, berlangsung diskusi kecil tentang Cilegon. Tentu saja masih sebatas penggalian informasi dan apa yang harus dilakukan di Cilegon. Esok harinya berlangsung bedah buku, tentang hal ini bisa dilihat dari artikel terkait dibawah.
Usai bedah buku, saya melihat benih benih Cinta Thamrin Sonata mulai ditunjukkan. Ia minta ke saya untuk mengantarkan ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dimana dulu Thamrin menemukan pamflet yang ada gadis kinyis kinyisnya. Dinas ini memang lagi punya gawe besar dalam rangkaian HUT Cilegon ke 17 yakni acara Cilegon Ethnic Carnival dan Golok Day. Dua acara ini memang yang bakal banyak menyita perhatian masyarakat Cilegon. Bertemulah tiga Kompasianer Thamrin Sonata, Isson Khairil dan Iskandar Zulkarnaen dengan pejabat yang bertanggung Jawab atas pelaksanaan dua hajat besar – jangan ditasirkan lain lo – itu, setelah itu masing masing pulang kandang.
Saya sempat heran juga, tujuan utama ke Cilegon ini, adalah untuk acara bedah buku saya, la kok Thamrin Sonata sangat antusias untuk menggali dua mata acara lainnnya yakni tentang CEC dan Golok Day. Oh. Rupanya Thamrin sudah mulai jatuh cinta.