Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ketika Imam Sholat Kecebur Kolam,

5 Maret 2015   09:24 Diperbarui: 10 September 2015   23:52 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hidup di dunia ini memang penuh pengalaman. Kembang kehidupan selalu mengiringi  kemanapun melangkah. Susah/sedih dan senang/bahagia tak mungkin dihindari oleh siapapun yang mengaku dirinya hidup. Tangis dan Tawa adalah hiasan bagi siapapun yang punya perasaan dirinya masih benafas .

Orang bisa susah/sedih sumbernya juga macam macam, misalnya saja karena ditinggal pacar, atau mengalami kegagalan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan. Sebaliknya orang bisa merasa senang karena dapat lotera, orang juga bisa senang karena berhasil mendapatkan apa yang di cita citakan .

Adapun tangis dan tawa muncul akibat dari perasaan diatas. Seseorang bisa menangis karena sedih, bisa juga menangis karena senang yang luar biasa. Yang pasti tidak ada orang tertawa karena sedih. Orang bisa  tertawa karena merasa senang. Senang melihat sesuatu yang dialami dalam kehidupan karena dianggap lucu.

Kejadian kejadian yang dianggap lucu ini biasanya selalu nempel dalam ingatan, artinya tidak mudah untuk dilupakan. Begitu juga yang pernah saya alami dalam kehidupan ini, banyak sekali kejadian kejadian yang apabila saya ingat kembili terkadang tertawa sendiri dan ketika saya ceritakan kepada orang lain ikut tertawa pula.

Pengalaman pengalaman seperti itu sudah beberapa kali saya tulis di Kompasiana ini seperti, http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/09/21/ngibulin-pedagang-di-arab-tapi-halal-sebuah-pengalaman-saat-ibadah-haji-593678.html.

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/09/17/nabi-muhammad-lahir-di-mekkah-meninggal-di-madi-592788.html

http://bahasa.kompasiana.com/2013/08/13/bahasa-jawa-bikin-orang-ngeketawain-583563.html, dan lainnya.

Untuk kali ini saya akan ceitakan pengalaman pengembaraan religious. Namun sebelumnya saya harus minta maaf, jangan ini dianggap SARA, tapi murni pengalaman. Saya kebetulan lahir dan hidup di Banten yang menurut sejarahnya adalah Pusat penyebaran Islam pada abad terdahulu. Makanya tak heran jika Banten terkenal sebagai daerah sejuta santri/kiyai. Tradisi bersilaturrahmi dan berguru kepada Kyai, hingga saat inipun masih menjadi kebiasaan masyarakat Banten termasuk saya tentunya.

Singkat cerita, suatu hari saya dan teman teman sebanyak delapan orang, berkunjung ke kediaman salah seorang kiyai di Cibaliung. Cibaliung ini terletak di Banten Selatan dekat daerah Sumur jaya Ujung Kulon. Maksudnya ingin silaturrahmi karena sudah lama ngga pernah bertemu. Karena jarak tempuhnya berjam jam, saya dan kawan kawan tiba ba’da Maghrib. Setelaah diterima oleh pak Kyai, ngobrol masalah keagamaan dan perjalanan hidup, tak terasa hingga waktu Isya.

Pada saat suara adzan berkumandang, pak Kyai bilang “ Bapak ke Pesantren dulu ya, Bapak harus mimpin sholat para santri di lanjutkan pengajian”, kata Pak Kyai. “ La kami iku saja pak Kyai” kata saya. “Ngga usah, kan agak jauh masjidnya, bapak juga di anter anak bapak, tuh sudah nunggu”, jawab pak Kyai, “Sudah kalian semabhyang saja di saung belakang tuh, enak diatas kolam ikan saungnya, nanti bisa istirahat disitu ” lanjut pak kiyai seraya menunjuk letak saung.

Setelah pak Kyai berangkat, kami tidak segera ke saung, milih istirahat dulu . Selang beberapa saat barulah kami pergi ke saung. Setelah ambil Wudhu, bergegaslah naik kesaung yang hanya berukuran dua kali tiga meter tanpa dilengkapi pagar pembatas lantai dan lampu. Letaknya memang diatas Kolam ikan yang ditanami Ikan Mas.

Pada saat yang bersamaan, turun hujan yang lumayan lebat. Kami pun segera melaksanakan sholat. Saya tepat di belakang kawan saya –Amin namanya-- yang jadi Imam. Kondisi saat itu memang agak gelap. Setelah Imam selesai membaca surat Alfatihah , saya baru sadar kalau Imamnya berdiri hanya 30 cm dari bibir batas lantai saung. Saya yakin Imam tidak tahu, soalnya kondisi gelap dan penglihatannya agak terganggu. Waduh,,,, tau sah tau tidak sholat saya, soalnya saya berpikir, nanti sujudnya dimana. Tapi ya mungkin saja nanti pada saat sujud , Imamnya mundur. Gemercik air hujan terdengar saat sembahyang. Tibalah saatnya ruku, Imam mengucapkan “Alllahu Akbar””, diikuti oleh makmum. “Samiallohuliman hamidah”, Imam bangun dari ruku dilanjutkan dengan sujud. Pada saat akan sujud ini, pikiran saya berkecamuk, bagimana nih Imam sujudnya, sebab saat sujud tentu tumpuan tangan harus ada di lantai, sementara jarak kaki hanya 30 cm dari bibir lantai (panggung), jadi ngga ada tempat tumpuan tangan, yang ada hanya tempat kosong yang bawahnya kolam ikan.

Imampun sujud seraya mengucapka kalimat takbir, tapi hanya separo.“Allahuak…….”, yang separonya sambungan dari Allahuakbar tidak terdengar. Makmunpun ikut sujud, mungkin teman teman berpikir ujung dari ucapan tabir suaranya  dihaluskan. Tapi saya berpikir lain, ketika agak lama Imam tidak juga mengucapkan takbir kedua dari sujud, Ahirnya dengan reflek tangan saya meraba kedepan, maksudnya apakah Imam bisa sujud atau tidak. Saya goyang goyang tangan, ngga menyentuh tubuh Imam. Nekad saya tengok kebawah kolam, eh Imam kebetulan mau naik keatas, rupanya benar juga pikiran saya, Imam ternyata tertelungkup ke kolam. Pada saat jatuh ke kolam itu memang tak tedengar ada yang jatuh ke kolam karena dibarengi suara rintik hujan. Bayangkan saja, setelah bangun dari ruku, kemudian sujud, bukannya sujud di lantai, malah langsung tertelungkup ke kolam.

Setelah dia tau kalau saya nengok kebawah, Imam berbisik ke saya.. “ tarik saja, jangan ribut”, katanya. Setelah saya tarik, bukannya berhenti solat,malah mengucapkan “Allaaaaaaaahuakbar” dengan keras, makmumpun bangun dari sujud awal dan solat isyapun berlangsung sampai selesai. Jalan juga otak kawan satu ini

Setelah salam, ia bergegas keluar saung walapun masih hujan lebat. Teman yang lain disuruhnya mimpin doa, alasannya jam tangannya ketinggalan di tempat wudhu. Padahal saya tau, dia itu neknik, supaya basah kuyupnya dikira karena kehujanan saat mengambil jam tangan, bukan karena kejebur.

Selesai solat, sudah di tunggu oleh pak Kyai untuk sama sama makan malam. Melihat Amin bayah kuyup, pak Kyai bertanya “ Min, kok baju kamu basah kuyup kitu”, Belum lagi Amin menjawab, Amri malah bercerita “Iya pak kyai, tadi Amin sholatnya husyu sekali, sujud awalnya lama sekali”. Amin hanya tersipu sambil melirik ke saya. “Ya baguslah “ timpal pak kiyai. Mendengar jawaban pak Kyai, Amin kembali meliik ke saya , “ Iya pak kyai, doanya, tadi jam saya ketinggalan di tempat wudu, saya ambil saat hujan lebat, takut ketinggalan ”. kata Amin, Pak Kyai manggut manggut sambil mempersilahkan menikmati hidangan ala Pesantren. Oalah Miiiiiiiiiiiin, pak kyai dan Allah kamu bohongi, semoga diampuni dosamu,,,,,(Hingga sekarang teman teman belum ada yang tahu, bahwa Amin yang ngimami sholat itu sesungguhnya kejebur kolam saat bersujud, dan jika saya ingat, ketawa sendiri.)

 

 

 

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun